Jangan ganggu, sejenak
Masih kupahami perasaan yang menyeruak
Mempercepat denyut
Mendatangkan kalut
Tanganku masih bergetar
Tak kuat lagi mencengkeram
Dahan-dahanmu yang tegak
Tak mampu ku genggam
Bayu datang membawa badai
Menawarkan kelana dunia
Semesta tak menunggu jawab, sekejap
Melantikku jadi selembar daun dalam badai
Sayang ...
Aku terombang-ambing, terhempas angin
Entah kapan menghantam, berserakan
Kau berteriak, bersama daun rimbun
Katamu, "Selamat tinggal, semoga bahagia."
Tak bisa menangis, tapi tubuhku basah
Pikiran dan badai, sama-sama buncah
Tawaku menggelegar bersama kilatan
Bunyinya sekeras halilintar
Sayang–tidak, selamat tinggal!
Semarang, 16 April 2025 (Rabu pagi)
Yayan Deka