Pada tiap cerita yang dilantunkan tanpa tertinggal emosi penyertanya, aku dengarkan baik-baik hampir tanpa berkedip. Bibir yang tersenyum atau jantung yang berdetak dipercepat, mata yang memompa airnya atau tangan yang mengusap pipi basah, gigi yang berkerat atau bibir yang berusaha tetap memberi senyum, semua terasa bercampur, buncah tak karuan.
Tidak perlu berusaha baik-baik saja untuk menyembunyikan berbagai perasaan, menimpa kuburan rasa-rasa yang menyakitkan. Bukankah sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga? Lalu sepintar-pintar menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga. Lantas bisa sekuat apa selaksa-laksa keping luka itu kau tahan di palung hati yang mulai kehabisan ruang?
Ada caranya: jadilah orang gila atau jadilah hatimu ruang angkasa atau menyerah saja.
Keping-kepingan itu hanya memenuhi ruang, karena tidak bisa disempurnakan. Jika bisa mengubah hati menjadi angkasa, ruangnya akan bertambah banyak, kau bisa simpan sampah-sampah dari selaksa-laksa luka lainnya. Atau setidaknya akan berkurang dengan membuangnya, menyerahkan sampah-sampahnya... entah kepada secarik kertas, sepenggal paragraf, atau manusia-manusia lainnya. Pikirkan saja idenya. Kehidupan selalu menemukan jalan untuk menciptakan kenyataan yang mendebarkan, sebuah kisah kolosal yang tak bisa ditebak alur dan ceritanya.
Semarang, 6 Maret 2025
Yayan Deka