Mataku Berair

Januari 20, 2025

rain


Hujan di luar sana sudah berlalu sejak jam lima lalu. Sekarang jam 10, tepatnya 12 menit lagi. Hujan masih sederas sore tadi. Tidak sedang mengeluhkan hujan atau bertanya berhenti kapan, tapi mataku yang tiba-tiba basah, membuatku penasaran.


Ada rasa-rasa aneh yang tanpa permisi memenuhi dadaku, menimbulkan rasa sedih yang tidak tau dari mana asalnya. Saat sadar, aku ingin menuangkannya dalam tulisan. Namun setelah selesai paragraf pertama, perasaan ini seketika hilang.


Kali ini justru dipenuhi pertanyaan, "Kalimat apa lagi yang harus aku tuliskan?"


Dua kali sudah aku ulang membaca baris-baris kata yang barusan kau baca, menyisipkan satu dua kata di antaranya, lalu melanjutkan cerita yang entah akan jadi apa. "Lukaku, kini tlah sirna" adalah lirik dari lagu yang sedang kudengarkan. Aku terluka? Bagian mananya?


Entah luka yang mana, entah bagaimana bentuknya, kini sudah sirna. Lagunya berganti, memintaku mundur saat dunia melaju. Katanya, cinta-cinta yang aku rasakan telah berubah menjadi trauma. Dan aku harus mencintai traumaku itu. Tidak paham. Aku tidak paham maksudnya. 


Dua menit lagi. Aku memutuskan untuk menyudahi ketidakjelasan ini, lebih baik beranjak tidur agar esok bangun lebih pagi. Aku merasa bersalah telah menyita waktumu yang berharga, tapi terimakasih jika kau sampai pada kalimat akhir ini. Selamat tidur, selamat istirahat. Semoga mimpi burukmu tak lagi terulang.