[Puisi] Doa Abadi

Juli 10, 2024

kunang-kunang di malam hari

"Doa Abadi" adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan kedalaman spiritual. Ditulis oleh Yayan Deka di Semarang pada 10 Juli 2024, puisi ini menggambarkan sebuah doa yang, meskipun tidak terucapkan secara lantang, tetap memiliki kekuatan dan dampak yang abadi. Doa tersebut diibaratkan seperti butiran debu yang terus menyebar dan memberi cahaya pada semesta. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merenungkan makna doa sebagai sebuah harapan dan pesan yang tak terhapuskan, yang melampaui ruang dan waktu.


Puisi: Doa Abadi

Abadi doaku.

Yang terlantun tanpa suara.

Terpatri tanpa bara.

Namun teringat selamanya.

Semoga ...


Sebab doaku.

Sebutir debu yang berkelana.

Sebutir lagi saat diucapkan.

Sebutir lainnya dituliskan.

Lalu menyebar.

Bersinar bak kunang-kunang.


Berulang doaku.

Selaksa warsa lamanya.

Sebutir-butir debu besarnya.

Menyebar terang pada semesta.

Mengedarkan bisu.

Megah dalam haru.

Abadi doaku.


Semarang, 10 Juli 2024

Yayan Deka


Analisis Puisi

Dalam puisi "Doa Abadi," Yayan Deka menyampaikan konsep doa sebagai harapan yang tak lekang oleh waktu dan tetap abadi meskipun tak terdengar oleh telinga. Setiap bait dalam puisi ini dipenuhi dengan metafora yang menggambarkan doa sebagai elemen kecil namun tak berujung yang tersebar di alam semesta.

  • Bait pertama: Kalimat "Yang terlantun tanpa suara" dan "Terpatri tanpa bara" menggambarkan kekuatan doa yang tidak memerlukan suara atau pengorbanan fisik untuk menjadi nyata. Doa digambarkan sebagai sesuatu yang murni dari dalam hati, yang meskipun tanpa wujud fisik, tetap membekas selamanya.

  • Bait kedua: Penulis membandingkan doa dengan "sebutir debu yang berkelana," sebuah simbolisasi untuk menggambarkan sifat doa yang kecil namun kuat. Doa yang diucapkan, dituliskan, atau bahkan hanya terpikirkan di hati menyebar seperti "kunang-kunang" yang bercahaya, menunjukkan bahwa doa memiliki efek menenangkan dan menerangi jalan.

  • Bait ketiga: Di sini, penulis menekankan bahwa doa adalah sesuatu yang berulang dan tak pernah berhenti. "Selaksa warsa lamanya" menggambarkan doa yang abadi, sementara "menyebar terang pada semesta" menggambarkan dampaknya yang menyebar dan memberi pengaruh pada alam semesta. Kata-kata "Mengedarkan bisu" dan "Megah dalam haru" memberikan sentuhan emosional yang mendalam, mencerminkan bagaimana doa yang hening dan sederhana dapat menghadirkan perasaan penuh makna dan keindahan.


Refleksi

Puisi "Doa Abadi" mengajak kita merenungkan arti doa dalam kehidupan kita sehari-hari. Doa yang tidak selalu diucapkan secara lantang atau ditulis, tetapi tetap ada dan terus tersebar, seperti butiran debu yang berkelana. Ini mengingatkan kita bahwa harapan, doa, dan impian, walau kecil, memiliki kekuatan untuk menerangi jalan dan menembus batas ruang dan waktu.

  • Apakah Anda pernah merasa bahwa doa-doa Anda juga membawa dampak, meskipun tidak terdengar oleh orang lain?
  • Apakah Anda percaya bahwa harapan dan doa bisa memengaruhi dunia di sekitar kita, meskipun hanya seperti "sebutir debu"?
  • Bagaimana Anda memahami makna doa yang "abadi" dalam hidup Anda?