[Puisi] Peran

Mei 15, 2024
topeng

"Peran" adalah puisi kontemplatif yang mengangkat tema pencarian jati diri di tengah tuntutan untuk memenuhi peran sosial. Ditulis oleh Yayan Deka di Semarang pada 15 Mei 2024, puisi ini menggambarkan konflik batin yang muncul saat kita berusaha memahami peran-peran yang telah kita jalani dan dampaknya terhadap identitas sejati kita.


Puisi: Peran

Yang bercabang meminta peran

Tanya kiri jahat lagi

Atau kanan manis lagi

Atau yang di sini retak lagi

Tapi bibirnya tersenyum

Sudah banyak yang dimainkan

Berlalu menghabiskan waktu

Tak tersisa lagi peran

Hanya kenyataan

Ke-

Nyata?

Benarkah?

Semarang, 15 Mei 2024

Yayan Deka


Analisis Puisi

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas peran sosial dan kepalsuan di balik topeng yang sering kita pakai.

  • Bait pertama: "Yang bercabang meminta peran" mencerminkan konflik batin saat seseorang menghadapi pilihan peran yang berbeda dalam hidup. Tanya "kiri jahat lagi atau kanan manis lagi" menunjukkan dilema moral atau personal, menggambarkan dualitas kepribadian dalam memenuhi ekspektasi yang sering bertentangan.

  • Bait kedua: Kalimat "bibirnya tersenyum" mencerminkan kepura-puraan atau topeng yang kita pakai untuk menutupi keretakan batin. Ini adalah simbol dari bagaimana peran-peran yang kita mainkan bisa menjadi beban emosional, bahkan ketika wajah kita menunjukkan senyuman.

  • Bait ketiga: "Sudah banyak yang dimainkan, berlalu menghabiskan waktu" merangkum bahwa setelah melalui banyak peran, sering kali kita merasa hampa. Mungkin semua itu hanya ilusi atau upaya sia-sia untuk memenuhi ekspektasi sosial, tanpa menyisakan esensi sejati kita.

  • Bait terakhir: Pertanyaan "Ke- Nyata? Benarkah?" adalah refleksi mendalam yang mempertanyakan apakah semua yang telah kita jalani nyata atau hanya bagian dari peran. Ketidakpastian ini menggambarkan pencarian jati diri yang melampaui sekadar menjalankan peran-peran tersebut.


Refleksi

Dalam puisi ini, Yayan Deka mengajak kita merenungkan: Apakah peran-peran yang kita jalani mencerminkan diri kita yang sebenarnya, atau hanya respons atas tuntutan orang lain? Sudahkah kita memahami perbedaan antara peran yang kita mainkan dan identitas sejati kita?