"Ketika Kupandang Langit" adalah puisi yang menyentuh tentang rasa rindu dan kenangan yang tak terlupakan. Ditulis oleh Yayan Deka di Semarang pada 28 Oktober 2023, puisi ini menggambarkan momen ketika penulis memandang langit sebagai simbol tempat untuk mengingat seseorang yang dicintai. Melalui imaji yang kuat, puisi ini mengajak pembaca merasakan percampuran emosi antara kebahagiaan dan kesedihan yang muncul saat mengenang kenangan indah.
Puisi: Ketika Kupandang Langit
Ketika kupandang langit, tempat selalu
Menggema rindu padamu
Hatiku, muara kenangan
Yang menjelma kurir waktu
Mengantarkan hamparan kisah
Cukup tiga detik saja
Kuseka mata basah
Ketika kupandang langit, biru cerah
Kupalingkan wajah
Pergilah
Semarang, 28 Oktober 2023
Analisis Puisi
Puisi ini menggambarkan perasaan rindu yang mendalam dan keinginan untuk kembali ke masa-masa indah yang telah berlalu.
Bait Pertama: Dalam bait pembuka, "Ketika kupandang langit," penulis menggunakan langit sebagai simbol untuk menciptakan koneksi emosional dengan seseorang yang dirindukan. Langit di sini menjadi tempat untuk mengenang, menciptakan suasana nostalgia.
Bait Kedua: Frasa "Hatiku, muara kenangan" menunjukkan bahwa hati penulis adalah tempat berkumpulnya semua kenangan berharga. Dengan menyebutkan "kurir waktu," penulis menekankan bagaimana kenangan dapat membawa kita kembali ke momen-momen tertentu.
Bait Ketiga: "Cukup tiga detik saja" mencerminkan seberapa cepat perasaan itu muncul. Dalam waktu singkat, penulis merasakan dampak besar dari kenangan tersebut, hingga harus "kuseka mata basah," menunjukkan bahwa emosi yang muncul adalah sangat kuat.
Bait Keempat: "Ketika kupandang langit, biru cerah" menggambarkan kontras antara keindahan langit dan rasa kesedihan dalam hati penulis. "Kupalingkan wajah, Pergilah" bisa diartikan sebagai usaha untuk mengatasi perasaan rindu tersebut, meskipun sangat sulit untuk melupakan.
Refleksi
Puisi "Ketika Kupandang Langit" mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kenangan dapat membentuk emosi kita dan bagaimana tempat tertentu, seperti langit, bisa memicu rasa rindu. Kenangan yang indah sering kali datang dengan rasa sakitnya sendiri, menciptakan perasaan ambivalen yang sulit untuk diungkapkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali merindukan momen yang telah berlalu, dan puisi ini adalah pengingat bahwa meskipun waktu terus berjalan, kenangan akan selalu mengisi hati kita.