[Puisi] Curhat

Juni 15, 2024

siluet pria menghadap jendela

"Curhat" adalah puisi yang menyingkap sisi manusiawi dari kerentanan dalam berbagi cerita pribadi. Ditulis oleh Yayan Deka, puisi ini menggambarkan refleksi seorang individu yang mulai merasakan penyesalan setelah membuka diri. Di tengah ketidakpastian apakah mencurahkan perasaan itu benar-benar membantu atau justru menambah beban, puisi ini menangkap perasaan terjebak antara keinginan untuk jujur dan ketakutan akan penghakiman. Ditulis pada malam hari di Semarang, "Curhat" mengajak kita untuk merenungkan sejauh mana berbagi cerita bisa menjadi penghibur, atau justru membuat perasaan semakin rumit.


Puisi: Curhat

Mulai gelap

Aku memeluk lutut erat

Badan menyandar dinding kamar

Isi kepalaku masih berkeliaran

di luar

Mencari kalimat-kalimat yang kadung terucap

Seharusnya tidak aku ceritakan

Terdengar seperti mencari perhatian

Untuk apa dilepaskan dari kepala

Kalau ujungnya menambahkan lebih banyak tanya

Sama-sama menyesakkan juga


Semarang, 15 Juni 2024 (22.59)

Yayan Deka


Kau pernah menyesal setelah curhat pada orang? Niatnya meringankan beban pikiran, tapi malah nambah beban lainnya yang memenuhi kepala. Apa orang yang dengar curhatan kita akan mengerti? Bagaimana jika curhatanku hanya terdengar "ih, apaan sih nih orang" di telinganya? Bagaimana jika curhatanku malah membuatku terdengar seperti orang yang mengemis perhatian? Bagaimana jika membuatku terlihat seperti orang yang meminta melas? 

Sampai sekarang, aku selalu menahan sebisa mungkin untuk tidak banyak curhat kepada orang lain. Tidak terkecuali. Sebisa mungkin. Meski pada akhirnya, aku tetap menceritakannya pada satu dua orang teman dekat. Tapi benar-benar berakhir seperti ini lagi: menyesal kenapa dicurhatkan. 

Kau pernah?


Analisis Puisi

"Curhat" menyoroti perasaan ambivalen dalam diri seseorang yang mempertanyakan nilai dari berbagi beban emosi. Puisi ini menggunakan bahasa sederhana namun penuh makna untuk menggambarkan dilema yang sering dialami oleh banyak orang.

  • Pembukaan (Mulai Gelap): Baris pertama “Mulai gelap” mungkin menandakan suasana malam yang tenang, yang sering kali menjadi momen reflektif bagi banyak orang. Di saat-saat ini, pikiran cenderung berkeliaran dan berputar, membawa seseorang kepada introspeksi.

  • Ekspresi Ketidaknyamanan: Gambar “memeluk lutut erat” dan “badan menyandar dinding kamar” menciptakan visualisasi yang kuat tentang isolasi dan perlindungan diri. Ini menggambarkan seseorang yang mencoba mencari kenyamanan di tengah perasaan yang membebani, sebuah upaya untuk berlindung dari dunia luar dan pikiran-pikiran yang menghantui.

  • Penyesalan dan Keraguan: “Mencari kalimat-kalimat yang kadung terucap, Seharusnya tidak aku ceritakan” menunjukkan bahwa narator mungkin merasa salah telah membuka diri. Ini adalah konflik internal antara keinginan untuk didengar dan rasa malu atau khawatir atas persepsi orang lain.

  • Pertanyaan Retoris: Pada baris “Untuk apa dilepaskan dari kepala, Kalau ujungnya menambahkan lebih banyak tanya,” narator merenungkan apakah berbagi pikiran sebenarnya meringankan beban atau justru menambah masalah. Pertanyaan ini mungkin menyoroti kekhawatiran terhadap penghakiman, atau ketakutan bahwa curhat akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan dari orang lain.

  • Penutup yang Reflektif: Kalimat “Sama-sama menyesakkan juga” adalah ungkapan sederhana namun kuat yang menunjukkan bahwa baik menyimpan pikiran di dalam kepala maupun membagikannya sama-sama tidak memberikan solusi. Ini mungkin menunjukkan bahwa masalah sebenarnya bukanlah pada curhat itu sendiri, tapi pada ketidakmampuan untuk menerima dan berdamai dengan diri sendiri.



Refleksi

Puisi "Curhat" menggugah pertanyaan tentang apakah membuka diri selalu membantu. Kadang, kita merasa bahwa berbagi akan membuat perasaan lebih lega, tetapi malah mendapati diri kita bertanya-tanya dan merasa menyesal. Puisi ini bisa menjadi cermin bagi mereka yang pernah merasa ragu dalam bercerita dan takut dinilai mencari perhatian.

Pertanyaan untuk Pembaca:

  • Pernahkah Anda merasa ragu setelah berbagi cerita pribadi? Apakah perasaan yang timbul setelah itu membawa kedamaian atau justru kebingungan?
  • Apakah menurut Anda curhat kepada orang lain lebih banyak membawa manfaat, atau justru menambah beban emosi?