Menu Lainnya

Juli 11, 2023
mangkuk kosong dengan sumpit di atas meja

Kalau kehidupan seperti hidangan makanan dan mengubah kehidupan semudah mengatakan “Menu Lainnya” kepada pelayan restoran, mungkin tidak akan ada kata menyesal. Namun itu jika menunya bisa kau pesan lebih dulu. Yang aku tau, tidak ada daftar pesanan menu untuk kehidupan. Hanya ada satu: takdir, yang pasti datang tanpa kau pesan lebih dulu.

Bagaimana jika sebenarnya, kau sudah memesan menu Takdir sebelum lahir? Sekarang kau hanya lupa karena alamnya berbeda. Seperti kau yang lupa detail barang apa saja dan berapa harganya yang kau beli borongan beberapa tahun lalu.

Takdir adalah menu super spesial yang hanya tersedia saat kau menjalani kehidupan. Sekaligus menu paling rumit dan belum selesai. Kau harus menyelesaikannya sampai menjadi hidangan yang akan memuaskan. Tentu untuk dirimu sendiri.

Karena sebagai penikmat takdir, kau juga ikut menambahkan bahan-bahan dan mekanisme pengolahannya, maka kau bisa mengikuti langkah-langkah yang orang lain punya. Namun karena alat masakmu mungkin berbeda, bahan-bahannya juga berbeda, serta berbagai takaran-takaran yang tidak ada satuan bakunya untuk semua manusia, maka hasilnya pasti akan berbeda. Itulah yang membuat menu satu-satunya ini menjadi super spesial.

Kau tidak bisa meminta menu satu ini kepada orang lain. Takdir menyatu kepada pemiliknya. Tentu, kau punya takdirmu sendiri. Tidak ada istilah barter untuk Takdir yang sudah ter-custom. Kau tidak sadar? Sejak lahir, kustomisasi berbagai variabel telah membedakanmu dengan manusia lainnya. Jadi tidak ada menu lainnya, hanya takdir yang kau bawa sejak lahir dan kustomisasi yang kau lakukan selama menjalani kehidupan di dunia.

Kalau kau bilang itu tidak adil, mungkin memang tidak adil dari keadilan manusia. Namun keadilan manusia tidak pernah absolut. Keadilan manusia berdasarkan pada mayoritas, yang akan selalu bernilai relatif. Kau tau kenapa hal-hal bisa disebut absolut? Itu karena hal tersebut memberikan nilai kepastian yang tidak akan berubah, apapun keadaannya.

Namun jika memandang keadilan dengan kacamata demikian, maka keadilan jadi terlihat hanya putih dan hitam. Dimensi yang terlalu kecil untuk menyebutnya adil.

Mungkin, keadilan memang entitas yang tidak bisa kita pikirkan dengan dimensi yang kita tau. Daripada memikirkan seberapa adil dirimu dan hal-hal yang menimpamu, bukankah lebih baik menambahkan variabel-variabel baru dengan perasaan-perasaan positif untuk menghidangkan menu yang lebih enak dinikmati di kehidupanmu?

Kata orang, meski sama masakan, rasanya bisa berbeda tergantung takaran bumbu dan besarnya perasaan yang dituang saat memasaknya. Itulah kenapa makanan yang kau makan bersama pasangan saat awal-awal pertemuan terasa lebih nikmat, karena perasaanmu sedang meluap-luapnya.

Aku tau, kehidupan memang bukan hidangan masakan. Namun kita bisa mengandaikan hal-hal yang sulit dengan apa yang kita tau. Bukankah begitu cara manusia belajar memahami sesuatu? Cara manusia menambahkan variabel baru, merangkai takdir menjadi hidangan yang akan memuaskan untuk menemani berjalannya waktu melewati kehidupan.

Tak perlu mencari menu lainnya, karena menu yang kau punya adalah hal yang bisa kau custom menjadi apa saja. Bertemanlah dengan usaha. Bersahabatlah dengan waktu. Dan sering-seringlah bermain dengan sabar. Lengkapi semuanya dengan doa sebagai topping akhir hidangan. Maka jenis hidangan apapun itu, hasilnya tak mungkin mengkhianati usahamu meraciknya.


Salam hangat, dari aku yang sedang meracik hidangan spesial yang belum selesai. Semoga selaksa bumbu, bahan, dan perasaan yang dituang menjadi syukur dan hidangan enak menjalani kehidupan.

Yayan Dwi Krisdiantoro

Semarang, 12 Juli 2023 (Rabu pagi).