Isi Pikiran Pria

Mei 06, 2024
pria dan senja

Setelah berlari dan terjatuh sampai siku berdarah kemarin, kali ini kepalanya yang harus dibuka. Katanya, isinya mulai penuh dengan pikiran-pikiran, tapi tidak bisa dikeluarkan karena belum berbuah.

Memang apa yang dia tanam?

Sekali waktu, aku pernah melihatnya menanam harapan untuk anak pertamanya yang mulai besar, mulai bisa bicara dan berjalan, dan mulai butuh uang jajan. Katanya harus mengurangi jatah rokok, lebih baik dipakai beli ciki. Yang penting tangisan anaknya tidak terdengar. Kalau asap, di pabrik juga sudah cukup membuat polusi. Biar mulut mati rasa, asal bunga matahari mendapatkan sinarnya, hatinya ikut cerah. Kali ini mulutnya yang akan lebih sering mengalah untuk hati.

Namun lain waktu, yang ditanam bukan pikirannya sendiri. Kadang kalimat-kalimat dari istrinya, permintaan lain dari anaknya (bukan ciki tentunya), ibunya yang mulai renta, atau kadang atasan di kantor yang tidak suka asap rokok. Kadang juga lirik nyanyian pengamen di bus yang ia tumpangi saat pulang kerja. Atau kadang ibu warteg yang melirik sambil memberi kembalian. Entah apa maksudnya.

Yang paling sering saat bertemu kucing di jalan. Terlihat amat sangat menggemaskan, tapi tangannya terlalu besar untuk berjongkok dan mengelus bulunya. Atau mungkin egonya saja yang lebih besar, lagipula tersenyum dari kejauhan juga sudah membahagiakan. Katanya karena hal-hal membahagiakan itu tak selalu harus dimiliki, karena justru tidak dimiliki itulah yang membuatnya bahagia. Orang yang punya segalanya tak bisa melihat hal yang sama sebagai kebahagiaan, karena nilainya sangat subjektif dengan caranya memandang.

Meski banyak yang ditanam, tidak semuanya berbuah. Namun meski tidak berbuah, tidak lantas disemprot pestisida. Barangkali akan ada kegunaannya. Seperti buku-buku bekas yang menumpuk di gudang. Atau potongan besi sisa pagar. Atau paku bengkok bekas gagal pasang untuk gantungan. Atau barang bekas dan sisa lainnya. Termasuk sisa-sisa perasaan yang meninggalkan sesal, benci, dendam, atau bahkan kesedihan, yang entah bagaimana tetap didiamkan dan diingat di sela-sela kehidupan.

Namun jangan kau tanyakan untuk apa. Mengoleksi momen berharga bukan berarti ia tidak mencintaimu lagi. Meski terlihat sampah sekali di matamu, itu pernah membuat matanya bercahaya. Ia terbentuk darinya. Begitupula manusia. Kau boleh bertanya, tapi jangan menghina. Puing-puing yang dikumpulkan dari perjalanan tidak bisa disingkirkan hanya karena kau yang datang sekarang. Kau hanya salah satu dari banyaknya puzzle di perjalanan ini. Yang berbeda hanya, seberapa besar kadar berharganya keping itu baginya, tapi tidak berarti membuang yang tidak begitu berharga. Karena kepingannya harus tetap lengkap untuk menjadi lukisan yang utuh — untuk menjadi dirinya sendiri.

Selain menanam, kalau sedang penuh seperti ini, dia bisa juga mengeluarkannya. Untuk yang diam, barangkali ia hanya akan tetap diam, tapi dengan mata yang mulai rumit untuk dipahami. Kadang juga menjadi tidak seperti sehari-hari. Menyerukan nada keras, mengeratkan gigi, atau bahkan melempar panci. Baik kepala atau hati, keduanya akan mati suri.

Kau boleh bereaksi apa saja atas perilakunya, tapi kalau sudah reda, cobalah gali kepalanya. Periksa, apa masih ada ruang yang tersisa?

Jangan langsung mengetuk hati, karena logika lebih mudah dipahami. Hatinya itu seperti Matryoshka, dan untuk menyentuh dirinya, kau perlu ke lubuk hati terdalam. Sebelum itu, ada berlapis-lapis jebakan yang belum tentu sanggup kau lewati.

Kalau memaksa jalur hati, mungkin kau akan memenuhi kepalanya lebih banyak lagi.

Dia pun sangat perasa, tapi tersembunyi dari lapisan-lapisan Matryoshka hati. Diselimuti akal dan pikiran-pikiran untuk menyelesaikan masalah, meski dirinya sendiri bermasalah.

Tidak sedang membuatnya jadi pahlawan, tapi sangat senang jika dia dibutuhkan. Kau boleh bermanja, tapi jangan terlalu curiga. Kalau memang namamu sudah terukir di lubuk hatinya, janji suci sudah disahkan penghulu dan saksinya, dan senyumanmu tulus untuknya, untuk mengeluarkan ukiran namamu akan membutuhkan waktu yang lama. Lapisan demi lapisan Matryoshka hati tak mudah habis untuk mengeluarkan namamu.

Aku mungkin terlalu sok tau untuk bercerita tentangnya, tapi sedikit ketidakjelasan ini mungkin sudah menggambarkan sebagian kecilnya. Kau tau, kehidupan memang dipenuhi ketidakjelasan, tidak ada yang bisa menjelaskannya kepada siapa secara rinci sepenuhnya. Kau sendiri yang harus memahami bagaimana isi kepalanya saat ini.


Semarang, 6 mei 2024

Salam hangat,

Yayan Deka

*** Tema tulisan ini dari salah satu reply story instagram @y.d.krisdiantoro. Terimakasih usulan ide corat-coretnya. Saya jadi menyadari betapa tidak pahamnya saya dengan isi kepala pria.