Kadang yang menyulitkan itu justru karena kita adalah manusia. Satu-satunya makhluk di dunia yang diberikan akal untuk berpikir. Semua hal harus dipikirkan baik-baik. Kadang malah jadi terlalu banyak berpikir.
Coba saja jadi seperti batu di sungai. Diterpa deras arus, ditumbuhi lumut, diduduki katak, diam saja. Tidak banyak berkata-kata. Tidak banyak berpikir. Dan tidak banyak berkeluh-kesah. Mengatakan sudah tidak kuat. Sudah habis kesabaran. Sudah terlalu banyak menderita sampai rapuh karena saking seringnya terkena panas terik mentari dan air sungai. Lapuk. Batu sungai tidak pernah seperti itu.
Batu sungai …
kadang terbawa arus deras yang menerjang
kadang mengembara tanpa arah tujuan
kadang hanya menatap langit dalam diam
kadang terinjak kaki katak yang mencari makan
bahkan … kadang menahan haus karena kekeringan
menunggu kapan datang hujan
menunggu … lumut yang akan bersemayam
Kemudian kembali tenggelam
Terbawa arus sungai … terdampar
Melewati siklus tak berkesudahan
Hingga akhirnya mulai rapuh
Di ujung waktunya …
Mungkin tak kuat lagi menahan beban katak
Mungkin tak kuat lagi berkelana dengan deras arus
Mungkin tak kuat lagi melewati kemarau
Mungkin tak akan sama lagi
Dan mungkin akan menghilang
Menyatu dengan sedimentasi sungai
Namun sekalipun
Di sela-sela berbagai prosesnya
Tidak pernah ada keluhan
Tidak pernah ada umpatan
Tidak pernah
Tidak pernah ada
Apakah mungkin manusia dikalahkan oleh segumpal batu sungai?
Deka Diwarsa