Aku tak tau, apakah aku benar sudah dewasa? Memasuki dunia orang dewasa, kupikir tak akan serumit ini. Atau barangkali aku yang menanggapinya berlebihan.
Ingin rasanya beristirahat sebentar untuk kembali merekonstuksi rencana, titik fokus, dan arah ke depan. Namun keadaan tidak membiarkannya. Semesta tetap bekerja, dan kesibukan tak bisa dielakkan. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak bisa. Meski enggan, tapi aku membutuhkannya, kesibukan itu. Karena sudah menjadi kebutuhan. Bukan lagi sekadar mengisi waktu luang.
Mungkin juga karena keinginanku yang terlalu banyak. Aku jadi merasa bersalah pada diriku sendiri. Aku selalu saja berakhir menyalahkan diri sendiri. Dan ini bukanlah kebiasaan baik--aku tau--tapi asik. Percuma untuk menyalahkan hal lain atau keadaan, karena kenyataannya, itu semua bisa dilewati kalau diri sendiri lebih kuat, lebih siap, lebih berusaha, dan lebih lainnya.
Aku jadi ragu dalam banyak hal. Tidak efektif dalam banyak pekerjaan. Labil dalam banyak pikiran. Penuh sesal dalam banyak keputusan. Dan banyak pertanyaan dalam segala perangai. Benarkah yang kulakukan sekarang sudah sesuai?
Kadang aku hanya ingin mendengar bahwa yang kulakukan sudah benar. Aku tak tau, dalam ketidakjelasan ini, apakah pilihanku yang membuatku semakin terjerumus dalam labirin kehidupan. Yang makin lama, makin berputar-putar tanpa tau arah yang benar. Atau sebenarnya memang perlu kulanjutkan saja tanpa perlu mengkhawatirkan hal demikian? Namun terlalu lama dan... meragukan. Berjalan tanpa arah, semua diraba, mencoba, karena tak ada yang bisa dituju dengan kepastian.
Atau memang inikah kehidupan? Banyak cabang dan ketidakpastian? Banyak keraguan dan sesal? Banyak yang bisa dipilih, tapi tak banyak yang benar-benar sesuai? Karena kehidupan bukan untuk seorang saja, tapi semua yang bernyawa? Universal. Bisa menjadi bagiannya, tapi tak bisa jadi dirinya. Aku bukanlah kehidupan, hanya bagian darinya.
Yayan Deka