Kau akan temukan kesalahan di antara kebenaran, begitu juga sebaliknya. Karena tergantung yang mengatakannya, kebenaran maupun kesalahan bisa berlainan makna untuk orang lain. Hal-hal subjektif tak pernah bisa menjadi acuan.
Mengacu pada sesuatu adalah lingkaran, tanpa ujung. Bisa dilewati terus-menerus, tapi tak pernah jelas akhirnya. Dibayang-bayang dengan akhir menyenangkan. Namun ternyata hanya berjalan memutar. Berkali-kali. Ternyata hanya sebuah jebakan untuk menetap.
Berbeda sekali dengan kehidupan. Karena semua yang hidup berakhir mati. Ujungnya jelas. Jalannya terserah kepada kau yang lalui. Saking bebasnya jalan yang bisa dilalui, jadi makin rumit untuk menentukan mau lewat mana.
Mungkin kau perlu berhenti sejenak. Namun mengingat begitu banyaknya jalan yang bisa dipilih, cabang yang bercabang lain, manapun yang dipilih, akan kembali menjumpai percabangan lain. Aku tau, semuanya sampai ujung setelah mati, tapi ini soal kehidupan.
Kepuasan atas pilihan jalan yang diambil saat percabangan. Atau kadang jalan yang ternyata kau inginkan, berada di cabang berlainan. Memilih mau memutar atau melanjutkan yang sekarang. Atau perlahan menuju ke arah sana dengan tetap mengarah ke cabang saat ini, membuat kadang ke kanan kadang ke kiri.
Entahlah. Aku juga sedang ada di salah satu cabang. Mencoba masuk lebih dalam, tapi tak rela untuk meninggalkan beberapa cabang lainnya.
Yayan Deka