5 Ketentuan Penggunaan Bahasa dalam Esai

Desember 23, 2020
Gambar kunci menulis esai
Ilustrasi Kunci Menulis Esai


Ketentuan berikut ini saya temukan saat tidak sengaja berselancar melalui mesin pencari Google. Memang bukan panduan baku, tetapi lebih kepada saran. Sebaiknya, saat menulis esai, gunakan 5 ketentuan berikut untuk memperbagus bahasa dalam esai. Jadi, hasil esai kita bisa memuaskan. Kalau diikutkan dalam lomba esai, semoga bisa memperbesar peluang menang lomba esai. Maka dari itu, yuk, sama-sama belajar menulis esai yang baik dan menang juara dengan memperhatikan 5 ketentuan penggunaan bahasa dalam esai berikut ini.

Mengapa perlu memperhatikan bahasa penulisan esai?

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa jenis esai itu ada banyak sekali. Ingat postingan saya sebelumnya? Saya pernah menulis berbagai jenis esai dalam seri "Belajar Menulis Esai". Yang ingin membaca bisa buka artikel saya berikut ini 12 jenis esai yang perlu diketahui.

Dalam masing-masing jenis esai, yang paling penting adalah bahasa yang digunakan. Agar tidak membingungkan dan lebih kena dengan inti pembicaraan secara khusus. Makanya, 5 ketentuan ini sangat bermanfaat untuk membantu kita menulis esai yang enak dibaca, apapun jenis esainya. Semacam kunci rahasia menulis esai agar bisa juara di lomba. Menarik bukan? Langsung saja kita bahas 5 ketentuan tersebut.

Gambar ilustrasi bahasa
Ilustrasi Bahasa

1. Menulis Esai dengan Bahasa Baku

Tentu yang pertama adalah menulis esai dengan bahasa baku. Bahasa resmi, Indonesia yang baik dan benar. Agar bisa diterima semua kalangan dengan baik. Penyampaian dengan bahasa baku adalah formalitas dalam menulis esai. 

Perlukah Selalu Menggunakan Bahasa Baku dalam Esai?

Memang ada beberapa jenis esai yang bisa disampaikan tanpa bahasa baku, seperti esai pribadi. Lebih jelasnya adalah esai informal yang tidak harus menggunakan bahasa baku. Jadi jawabannya adalah boleh-boleh saja. Jadi, poin pertama ini bisa disesuaikan saja dengan jenis esainya, ya.

Pelajari Kaidah Kebahasaan dari Dokumen EBI Terbitan Kemdikbud

Mengenai bahasa baku, artinya segala bentuk penulisan dan kaidah kebahasaan menganut panduan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) atau Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Namun lebih baik menggunakan EBI saja, yang merupakan panduan kaidah kebahasaan terbaru. Di mana bisa mendapatkan EBI? Teman-teman bisa mendownload/mengunduh EBI di website resmi Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) atau langsung saja klik tautan berikut, sudah saya siapkan: Ejaan Bahasa Indonesia Kemendikbud PDF

2. Esai Harus Ditulis dengan Logis

Logis artinya bisa diterima oleh akal manusia. Maka dari itu, menulis esai tidak asal-asalan menulis. Perlu ada latar masalah yang jelas, ada data yang mendukung, dan mengapa argumen kita baik untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Biasanya, kalau esai untuk lomba, yang dicari adalah ide yang memiliki kebaruan. Ide yang berharga yang bisa menyelesaikan masalah dengan lebih efisien. Jadi, meskipun ditulis dengan sangat baik, kalau idenya kurang bermanfaat, maka akan mengurangi poin dalam penilaian esai lomba tersebut.

Namun meskipun esai tidak digunakan lomba, menulis dengan logis adalah keharusan. Kalau mau yang tidak logis, jangan menulis esai. Menulislah sastra. Menulis cerpen atau novel. Teman-teman bisa menuliskan apa saja imajinasi dan sebagainya, meski tidak rasional sekalipun, tidak masalah. 

3. Esai Ditulis dengan Ringkas, Tidak Bertele-tele

Jangan karena ada batasan minimal yang harus dikejar lalu kita menulis esai mblunder, berputar-putar, dan berbelit-belit tidak jelas. Jangan sampai, ya. Menulis ringkas akan memperjelas penyampaian masalah, solusi, yang kita berikan pada pembacanya. 

Sekali lagi, kalau mau yang berputar-putar, silahkan menulis saja karya fiksi. Yang banyak menggunakan majas dan makna konotasi atau tidak langsung. Kalau esai, jangan gunakan kata atau frasa bahasa seperti itu, ya. Karena akan mempersulit pemahaman oleh pembaca esai. SUngguh tidak penting.

Esai ditulis untuk memberikan solusi atau pendapat dari penulisnya, tapi kalau jawaban dari penulis malah tidak bisa tersampaikan gara-gara tulisan dalam esai terlalu berbelit-belit, tentu saja seperti percuma. Kalau dalam lomba, langsung masuk ke dalam esai yang tidak lolos untuk dinilai.

4. Runtun dalam Menulis Esai

Berbeda dengan cerpen, novel, atau karya sastra lainnya yang mempunyai banyak alur seperti alur maju, alur mundur, hingga alur campuran. Esai harus ditulis secara runtun. Yang artinya sesuai dengan tahap-tahap dari awal. Munculnya masalah, inti masalah yang akan diselesaikan, cara penyelesaian masalah, hingga hasil akhirnya. Tidak boleh maju-mundur, ya.

Kalau mau menulis esai yang alurnya tidak runtut, sebaiknya ubah saja jadi cerpen. Lebih hidup dengan tokoh dan konflik. Wkwkwk

5. Gunakan Makna Sesungguhnya (Denotatif)

Tadi sudah saya sampaikan, ya. Jangan menggunakan makna yang konotatif. karena akan sulit untuk dipahami. Kebalikan dari konotatif adalah denotatif. Yang artinya, kalimat dalam esai ditulis dengan bahasa yang jelas, tidak ambigu atau bermakna ganda, dan memberikan keterangan jelas dan sebenarnya tanpa merujuk pada hal lain, selain dari tujuan penulis menuliskannya.

Jangan kayak remaja, deh, yang kata-katanya masih sering ambigu dan gak jelas maksudnya. Esai bukan untuk main-main curhatan atau semacamnya. Jadi tulislah dengan serius, agar orang juga mau membaca esai kita.

Gambar orang membaca buku
Ilustrasi Membaca Literasi/Referensi

Selamat mencoba, dan sering-seringlah membaca esai untuk referensi


Hanya orang sombong yang menulis tanpa membaca. Lagipula, menulis akan memperbanyak wawasan kita. Menemukan apa yang telah orang lai lakukan dengan tema yang sama yang kita angkat dalam esai. Kita bisa membandingkan, apakah esai kita, ide kita, telah lebih bagus dan lebih efektif-efisien untuk menangani masalah yang ada. 

Hal-hal semacam itulah yang hanya bisa kita temukan ketika kita membaca esai orang lain. Peka terhadap lingkungan memang sangat bagus. Namun tidak semua orang berada di lingkungan yang sama seperti kita. Jadi, barangkali ada yang telah menemukan solusi lebih baik. Sementara kita belum tahu karena di sekitar kita belum terlihat.

Membaca akan membawa kita ke tempat-tempat yang bahkan belum bisa kita jangkau secara fisik. Mendewasakan pikiran kita sebelum usia semakin tua. Jadi, masihkah malas membaca? Yuk, sama-sama belajar untuk rajin membaca setiap harinya. Mari kita rutinkan kebiasaan baik ini.

Salam,
Admin kyd.