Revisi Tinjauan Pustaka? Tips Menulis Tinjauan Pustaka Mudah Tanpa Revisi

Oktober 28, 2020
Graduates Girl
Seorang pelajar lulus/graduates

Beberapa terakhir ini, mungkin efek dari kuliah semester akhir. Saya banyak menulis karya ilmiah. Laporan ini dan itu yang membutuhkan penulisan tinjauan pustaka di dalamnya. Saya sendiri sudah kerap bercerita pada beberapa postingan di blog ini kalau tidak suka dengan keilmiahan. Namun mau bagaimana lagi, ini salah satu hal yang harus saya kerjakan agar bisa segera lulus, kan? Saya sudah mulai bosan kuliah, ingin cepat-cepat lulus rasanya.

Oke, itulah alasan kenapa akhirnya saya menulis judul ini. Banyak kasus saat pendampingan penulisan laporan dan sejenisnya, revisi berada di tinjauan pustaka. Jadi akan kita bahas apa-apa saja yang biasanya menyebabkan kita perlu merevisi daftar pustaka. Yuk, kita bahas perlahan.

Mengenal dulu, apa itu tinjauan pustaka?

Tinjauan pustaka bermakna peninjauan kembali terhadap pustaka-pustaka atau literatur-literatur yang ada kaitannya dengan bahasan atau topik karya tulis kita. Jadi, apa yang dibahas dalam daftar pustaka haruslah berkaitan dengan pokok bahasan dan wajib hukumnya. Jadi jelas, ya, kalau kita memasukkan tinjauan pustaka dan tidak dikaitkan dengan topik pembahasan, maka siap-siap saja diminta revisi oleh guru atau dosen pembimbing. 

Untuk lebih lengkap, coba baca jurnal berikut ini: Jurnal Tentang Pentingnya Kajian Pustaka

Jadi, fungsi tinjauan pustaka itu apa?

Fungsi dari tinjauan pustaka sendiri sebenarnya ada kaitannya dengan tujuan ditulisnya karya ilmiah. Jika kita hendak membuat sebuah karya tulis ilmiah, tentu segala sesuatunya menjadi ke arah penelitian. Artinya bagaimana kita mengolah masalah yang menjadi topik, mengetahui penanganan masalah kita yang telah dilakukan sebelumnya oleh orang lain, dan bagaimana kita memproduksi solusi menjadi tahap-tahapan yang penting dalam penyusunan karya tulis. 


Tinjauan pustaka ada untuk menjawab dan memperlihatkan keadaan tersebut, bahwa inilah yang terjadi sekarang dan solusi seperti demikianlah yang kita coba usulkan dalam tulisan. Jadi, kalau kita menulis hanya utnuk menyelesaikan tugas, memang rasanya menjadi percuma dan asal-asalan. Karena kita tidak benar-benar membutuhkan karya tulis ini untuk memberikan kontribusi kecuali karena tugas. Apa kalimat saya menyinggung? Mohon maaf, tapi itulah yang saya pikirkan.

Oke lanjut, apa saja yang membuat tinjauan pustaka perlu direvisi?


Orang sedang menulis revisi di kertas
Ilustrasi Revisi Skripsi/Thesis

Kalau masalah revisi sebenarnya tergantung kondisi, ya. Namun sekali lagi, semua tulisan di blog ini saya tulis berdasarkan pengalaman atau belajar saya sendiri. Jadi, kalau ada keliru bilang saja nanti saya perbaiki. Mungkin beberapa poin di bawah ini bisa diperhatikan saat menulis tinjauan pustaka.

Cuma copas (copy paste) dari punya orang lain


Ya, jelas dong kalau dicek plagiasi nanti ketahuan. Ini sering banget, sih, dipraktikkan. Ya, itu tadi, karena sebenarnya kita menulis tinjauan pustaka tidak benar-benar karena penelitian. Tapi cuma sekadar menggugurkan tugas sekolah atau kuliah. Benar atau benar? Saya tidak tahu yang sesungguhnya, mohon maaf kalau salah.


Dalam karya ilmiah jangan main copas-copas saja ya. Kita ada aturannya sendiri kalau mau mengambil kalimat orang, disebut sitasi atau pengutipan. Jenis pengutipan ada langsung dan tidak langsung. Untuk kutipan langsung memang tinggal copas dan diberi sumber saja. Namun sangat tidak disarankan dan proporsinya juga dibatasi. Jadi tidak boleh banyak menggunakan kutipan langsung.


Jadi, jawaban untuk ini adalah melakukan pengutipan tidak langsung dengan baik. Kutipan tidak langsung itu sama saja, kita hanya menulis ulang dengan bahasa sendiri. Di akhir tambahkan sumbernya, sudah. 

Sumber yang disebutkan tidak ada di daftar pustaka, begitu sebaliknya


Misal, saya contohkan begini.
"Cinta bisa dimaknai tanpa perlu dirasakan (Admin, 2020)."
Di daftar pustaka
Mimin, A. (2020) Tentang Cinta. Pengalamanulis

Woy coba itu dikondisikan. Mungkin kita tidak sengaja salah ketik atau typo. Atau memang efek copas sebelumnya? Padahal kutipan dari "Admin" adalah kutipan yang ada di buku "Tentang Cinta" yang ditulis A Mimin. Inilah yang sering jadi salah dan perlu direvisi.


Cobalah untuk menulis daftar pustaka setelah kita selesai menulis kutipan. Dengan begitu kita tidak akan salah tulis atau lupa menulis dan diminta revisi.

Isinya adalah-adalah semua


Nulis tinjauan pustaka isinya cuma adalah-adalah semua. Pengertian ini, pengertian itu. Pantas saja diminta revisi. Ya okelah kalau mau memberikan pengertian. Tapi jangan berhenti hanya sekadar menulis pengertian masing-masing istilah, kaitkan juga dengan pustaka atau penelitian terkait. Seperti apa yang ada dan jelaskan. 


Tinjauan pustaka ini memang isinya hanya kutipan-kutipan dari pustaka. Namun pustakanya itu bukan sekadar kamus definisi, ya. Pasti ada hasil dan pembahasan dari pustaka yang kita kutip. Cobalah untuk menerangkannya dan merangkai kalimat yang berhubungan dengan topik permasalahan kita.

Sekalinya ditulis, menggunakan kalimat yang tidak meyakinkan


Tinjuan pustaka itu bagian dari karya tulis ilmiah. Penekanannya pada ilmiah. Ilmiah menegaskan sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan. Jangan gunakan kata-kata meragukan seperti mungkin, bisa jadi, atau kata-kata yang ukurannya tidak jelas seperti rasa.  Tulislah kalimat dengan meyakinkan. Dan jangan diputar-putar, ya. Kalau cukup disampaikan satu kalimat, jangan paksakan jadi satu paragraf hanya agar tulisan terlihat banyak.


Dia aja bakal bete kalau kamu gak meyakinkan. Apalagi dalam penulisan karya ilmiah yang butuh fakta sesungguhnya. Jadi, bacalah pustaka bukan sekadar copas.

Kalimat antar paragraf tidak nyambung


Ini juga sering terjadi dalam tinjauan pustaka teman-temanmu. Biasanya, sih, disebabkan juga karena hanya copas-copas tanpa disusun ulang lagi. Alhasil, pembahasan per-paragraf yang disusun tidak nyambung. Paragraf 1 bahas rindu, paragraf 2 malah bahas lapar. Ya pasti langsung disuruh revisi kalau kayak gini.


Ketidakpaduan paragraf akan menunjukkan bahwa kamu tidak bisa menghubungkan antara masalah, kondisi sekarang, solusi yang sudah ada, dan ide pemecahan masalahmu. Artinya, kamu belum siap melakukan penelitian. Dan bisa dikatakan, kamu belumpantas menulis.  Wkwkwk, bercanda. Perbaiki saja lagi bagian tersebut. Pahami kalimatnya dan hubungkan. Jangan kayak hubunganmu sama dia.

Sudah dulu, ada yang mau interupsi? 

Orang mengangkat tangan
Ilustrasi orang mengangkat tangan

Sudah panjang dan saya tidak suka menulis terlalu panjang. Alasannya silahkan cari di artikel-artikel saya sebelumnya. Kurang lebih itu hal-hal yang perlu kita perhatikan kalau menulis tinjauan pustaka biar minim revisi dari guru atau dosen. 


Lain kali kita bahas lebih lanjut kalau ada kesempatan. Kalau mau diskusi saya sangat terbuka, jadi silahkan coret-coret saja di kolom komentar atau email saya melalui kontak blog ini, ya. Semoga bukan sekadar jadi celoteh, ya, dan bisa bermanfaat. 


Salam hangat,
Yayan Deka