[Belajar Nulis Novel] Kelebihan-Kekurangan Ending Menggantung

Februari 12, 2020
banner-ending-menggantung

Saya pikir ulasan mendalam mengenai satu hal akan lebih baik ketimbang semua disebutkan tapi hanya samar-samar. Tidak sampai paham pada masing-masingnya. Karena itulah saya menulis ini. Nantinya akan berlanjut, dimulai dari ending novel menggantung ini.

Pastinya, pembaca artikel ini sudah tahu apa itu ending menggantung, mengambang, tidak jelas, dan sebutan lainnya. Itu adalah sebuah akhiran sebuah cerita (dalam hal ini saya membahas novel) di mana cerita tidak dirampungkan dan dijelaskan sampai benar-benar tuntas. Artinya ada bagian yang dibiarkan untuk tidak diceritakan dari sudut pandang penulis, agar pembaca menentukan akhir ceritanya masing-masing. Saya sendiri merasa ini sangat menyebalkan, tapi cukuplah membuat penasaran dan menunggu-nunggu semoga ada lanjutannya. Inilah yang akan saya bahas juga.

Kelebihan Ending Menggantung
  • Membuat Pembaca Penasaran

    Jelas sekali ini adalah tujuan utama dibuatnya ending menggantung. Jenis cerita tertentu bisa sangat epik saat menggunakan ending ini. Ingat, saya tidak mengatakan ending ini akan bagus untuk semua jenis cerita, dan ini menurut saya. Contoh penerapan ending ini yang akan bagus adalah pada novel berseri/serial. Seperti pada paragraf awal, saya sudah mengatakan kalau ending menggantung akan membuat pembaca penasaran kelanjutannya. Jadi sangat cocok jika tulisan akan memiliki kelanjutan.

    Selain novel serial, ending ini juga akan cocok untuk cerita-cerita yang berjenis teka-teki dan misteri. Karena cerita misteri bisa dibuat pecahan-pecahan di dalam isi novel sebagai bentuk akhir cerita jika pembaca menambahkan sedikit spekulasi dan menggabungkan semuanya. Menurut saya itu bisa dilakukan dan akan menghasilkan teka-teki sampai akhir.

    Saya juga pernah mengakhiri cerita berjenis slice of life dan romance dengan ending ini. Tidak tahu apakah hasilnya baik atau tidak, tapi tidak ada salahnya bereksperimen. Silahkan coba sendiri, bisa dengan mengaplikasikan beberapa jenis ending berbeda pada satu cerita yang sama. Mintakan pendapat atau kalau malu meminta pendapat, baca sendiri saja dan bandingkan. Tidak masalah jika memang kita menyukai ending tertentu, tapi cobalah untuk rasional dan jangan terlalu terbawa perasaan.

  • Berpeluang Memperluas Cerita

    Seperti rekomendasi awal saya pada novel berseri, lanjutan cerita bisa lebih luas dan bebas. Jadi, akan lebih mudah untuk memulai tulisan seri lanjutannya. Menurut saya begitu. Entahlah kalau kenyataannya tidak begitu. Namun selain untuk cerita berseri, ending yang luas juga akan menimbulkan spekulasi-spekulasi berbeda dari pembacanya, sehingga kemungkinan cerita kita diperbincangkan oleh pembaca semakin tinggi. Apalagi kalau perbincangan para pembaca yang menyebarkan konspirasi diketahui oleh orang yang belum membaca ceritanya, maka akan menguncang pembaca lain secara tidak langsung. Bukankah ini hal yang cukup lumayan?

  • Investasi Jangka Panjang

    Yah, saya sendiri tidak mengatakan kalau ending ini akan memberikan kepuasan terhadap pembaca kalau cerita kita biasa-biasa saja. Maka dari itu, ending ini memang tergolong sulit dan mungkin akan lebih banyak memberikan kekecewaan pada pembacanya. Namun jika kita bisa membuat ini berhasil pada cerita kita, maka hal tersebut akan menjadi investasi jangka panjang kita, (misalnya) bisa ditawari kontrak oleh penerbit atau ditunggu-tunggu kelanjutan ceritanya untuk segera cetak. Yah, jadilah novel berseri. Membagakan sepertinya, saya sendiri belum pernah ... wkwkwk.

  • Tidak Pusing Bagaimana Mengakhiri Cerita

    Hal yang paling membahagiakan menurut saya adalah karena kita tidak perlu menentukan bagaimana akhir cerita kita, wkwkwkwk. Ending menggantung membuat pekerjaan kita sedikit lebih cepat. Atau malah lebih lama karena bertanya-tanya apakah ending ini akan memuaskan pembaca? Entahlah, hanya sudut pandang bukan? Saya pikir, coba saja agar punya pengalaman.
Kekurangan Ending Menggantung
  • Akan Cenderung Membuat Pembaca Kecewa

    Kalau saya sendiri sebenarnya tidak terlalu suka membaca cerita dengan ending menggantung, karena mengecewakan, menurut saya. Seolah penulis kehabisan akalnya untuk menentukan ending yang bisa memuaskan pembaca--tentu dengan imajinasi yang ia jual dalam sebuah buku. Menangkap maksud saya?

    Alasan kecewanya jelas ... pembaca menikmati sebuah karya fiksi adalah karena imajinasi penulisnya. Ending adalah bagian dari karya fiksi tersebut, yang sepatutnya juga dirampungkan oleh penulisnya. Saat sebuah akhir cerita malah dikembalikan kepada pembaca dan membiarkan pembaca yang menentukan, sebuah cerita telah hilang keasliannya. Hak milik penulis hanya terbatas pada pembuat karya tetapi tidak termasuk dalam pemiliknya. Ah, saya merasa sok tahu dan bingung entah baru saja mengatakan apa.

    Saya penganut apa yang sudah dimulai harus diselesaikan. Jadi ketika sebuah cerita sudah dimulai tapi tidak diakhiri, saya pikir itu hanyalah sepotong imajinasi, bukan sebuah cerita.

  • Cerita Sulit Dikenang Pembaca

    Entahlah, saya berpikir bagian yang paling sering terngiang-ngiang ketika saya membaca buku atau sebuah cerita adalah klimaks dan endingnya. Kalau endingnya tidak rampung, saya ragu saya akan memikirkan ulang sebenarnya bagaimana penulis ingin mengakhiri ceritanya. Alhasil, mungkin saya tidak akan ingat dalam waktu lama dengan cerita itu ataupun menceritakannya kepada orang lain.

    Bisa jadi itu hanya pandangan saya saja, tapi klimaks dan ending adalah bagian yang akan menjadi sorotan fokus pembaca. Itu yang selalu saya pikirkan. Selama saya belajar menulis, saya sering merasa ide cerita saya biasa-biasa saja dan tidak pernah terpikirkan ide yang menakjubkan. Satu-satunya cara yang bisa saya usahakan adalah dengan membuat ending yang bisa memuaskan pembaca agar cerita saya dikenang.

  • Antara Penasaran dan Malas Melanjutkan

    Sebelumnya saya katakan kalau ending menggantung mungkin akan meningkatkan rasa penasaran pembaca pada kelanjutan ceritanya, tapi hal ini juga bisa membuat pembaca bosan dan malas membaca kelanjutan ceritanya. Hal ini bisa dikarenakan cerita jadi terlalu panjang dan terasa bertele-tele karena belum ada ending sebagai penurunan dalam pengakhiran cerita. Halah istilah saya mulai ngelantur, ya, maaf. Tapi ya kurang lebih begitulah .... Cerita singkat dan berkesan bisa lebih lama dikenang lho karena memang mudah dikenang.

  • Membuat Pembaca Bingung

    Saya pikir kalau satu ini tidak perlu penjelasan. Memang membuat ending menggantung akan susah-susah gampang. Kalau berhasil oke, kalau gagal bisa jadi membingungkan atau membosankan dan tidak memberi kesan mendalam. Satu-satunya saran menurut saya, meski saya juga masihlah belajar, adalah jangan sampai membuat pembaca bingung dengan ending menggantung yang kita buat. Tetap buat clue dan berikan beberapa opsi yang mungkin. Biarkan pembaca menentukan jawabannya dari opsi tersebut.
Kalau masih bingung caranya menulis cerita karena sama sekali belum pernah menulis, bisa coba baca artikel saya sebelumnya tentang 11 Langkah Belajar Menulis Dari Nol

Saya pikir hanya seperti itu saja yang bisa saya bagikan terkait pembuatan ending menggantung dalam cerita (khususnya novel) menurut pandangan pribadi saya. Kalau ada yang ingin didiskusikan bersama, silahkan bisa melalui kolom komentar saja ya. Atau bisa juga melalui email ya.
Salam,
Admin kyd