Aku kadang sulit memahami apa yang sebenarnya aku inginkan. Lebih sering lagi karena tidak ada sesuatu yang bisa aku pertimbangkan. Rasanya, kalaulah saat itu ada pilihan yang bisa kuambil, barangkali akan ada dorongan lebih atau mungkin aku bisa merasakan yang namanya bimbang dengan apa yang harus aku pilih, aku tentukan, untuk keadaan masa depan--seperti orang lain.
Sayangnya, yang aku sadari, jalanku adalah kertas tanpa garis yang luas tanpa sedikitpun petunjuk atau hanya aku saja yang kurang mencari petunjuk. Ah... semakin banyak aku bercerita soal aku, semakin tidak paham dan ragu aku. Semua keraguan itu karena satu hal yang aku jelas tahu: bahwa manusia bisa berubah dan pasti berubah.
Jadi, apa yang hendak aku ceritakan selanjutnya? Kalimat itu membuatku menjadi tak selera. Barangkali juga membuatku jadi tak menarik. Aku selalu diam dan menghentikan keadaan, memikirkan dan akhirnya membatu tanpa melakukan apa-apa, tanpa ada ibu yang mengutukku jadi batu, dan tanpa semen dan pasir. Aku membatu karena memikirkan: aku masih tetap sama. Kapan aku berubah?
Tentu aku harus mengubah kertas kosong menjadi seni bernilai tinggi, bukan? Satu-satunya cara yang bisa aku pikirkan hanyalah: bergerak! Selama aku bergerak, aku yakin, meski sedikit, perlahan aku akan berubah juga. Dan sampai sekarang, itulah aku: terus bergerak mengikuti keadaan tanpa arah tujuan yang jelas.
Pikiranku kembali keruh. Aku merasa hidup tapi mati. Aku bergerak tapi diam. Seperti air yang mengalir. Seperti angin yang berhembus. Seperti ... aku, aku, yang belum disadari seseorang.
Yayan Deka