5 Poin Penting Belajar Menulis Sajak

April 24, 2019
banner-post-belajar -menulis-puisi
Apa saja yang akan kita bahas dalam artikel ini?

  1. Pengertian Puisi
  2. Struktur Puisi
  3. Jenis Puisi
  4. Tips Menulis Puisi
  5. Rekomendasi Puisi yang Harus Dibaca

Pengertian Puisi

Puisi bisa diartikan sebagai karya sastra yang bahasa penulisannya dipersingkat atau dipadatkan, menggunakan kata-kata kiasan, dan memiliki irama yang padu untuk menciptakan nilai estetika tinggi.

Saya sendiri menyukai puisi dengan rima yang terdengar sama tapi tetap padu dan punya banyak ragam kata. Entah kenapa, terdengar merdu dan indah saat dibaca. Namun, saya tidak pandai membuat puisi. Alasan itulah yang kemudian membuat saya ingin belajar menulis puisi. Menurut saya, puisi mengajari kita caranya mengatakan sesuatu dengan singkat, padat, menyindir, menyentuh, jujur, dan membuat kita lebih peka. Makna kiasan bukan berarti berbelit, tapi karena puisi tidak hanya menyampaikan satu hal saja, maknanya bisa berbeda pada tiap orang yang membaca. Itulah yang paling keren dari semuanya.

Struktur Puisi

Sewaktu saya mencari topik ini, saya menemukan ada dua struktur puisi, yaitu fisik dan batin. Fisik lebih kepada struktur yang membentuk puisi itu sendiri secara kasat. Sedangkan unsur batin berhubungan dengan perasaan dan amanat yang terkandung di dalam puisi.

Struktur Fisik Berupa:

Tipografi adalah cara penulisan puisi, apakah dimulai dengan huruf besar, ataukah tulisan diberi tab paragraf, atau puisi dibentuk menjadi sebuah gambar bentuk tertentu, dan sebagainya. Cara penulisan puisi juga akan mempengaruhi pemaknaannya.

Diksi ialah pemilihan kata yang digunakan di dalam puisi. Sebelumnya kita sebut puisi ialah sastra yang penulisannya dipersingkat, maka dari itu, pemilihan kata yang tepat adalah kunci untuk memberikan makna yang padat dalam kalimat cekak. pemilihan kata bisa mempertimbangkan irama, nada, dan keindahan bahasanya.

Imaji memberikan peran cukup besar agar tulisan tidak membosankan. Kepekaan terhadap sekitar, perbendaharaan kata, dan imaji yang disatukan menjadi satu akan menghasilkan puisi yang apik dan sarat makna. Selain itu, imaji juga dimaksudkan agar pembaca ikut terbawa perasaan yang sama, yang juga dirasakan penulisnya.

Kata konkret akan membentuk imaji saat ditangkap melalui indera kita. kata ini berupa kata-kata kiasan atau imajinatif, seperti permata senja. Apa yang kita bayangkan saat mendengar permata senja? Itulah maksudnya membentuk imaji.

Gaya bahasa ialah penggunaan bahasa yang sifatnya menimbulkan makna konotasi. Gaya bahasa yang saya tahu adalah majas. Majas ada banyak sekali, contohnya personifikasi: membuat benda mati seolah-olah hidup, hiperbola, metafora, dan sebagainya. Bahasan lengkap mengenai majas akan dilakukan di lain waktu.

Rima atau irama yang artinya ada persamaan bunyi, baik berada di awal, tengah, ataupun di akhir baris demi baris puisi.

Struktur Batin Berupa:

  • Tema, unsur utama yang akan menjadi sumber utama dalam penulisan puisi dan penyampaian makna yang kita inginkan. Tanpa tema, makna di dalam puisi akan samar dan tidak jelas
  • Nada, kaitannya dengan kalimat yang kita buat. Apakah saat dibaca akan menimbulkan nada sombong, nada tinggi, nada rendah, dan sebagainya. Tema juga akan mempengaruhi nada dalam pembacaan puisi.
  • Amanat, tentu tidak akan jadi puisi bagus yang berbobot, sarat makna, jika amanatnya saja tidak jelas atau bahkan tidak ada maksud tertentu yang ingin disampaikan.
  • Rasa, hal ini akan membuat puisi yang dibuat lebih menyentuh. Namun, rasa sangat dipengaruhi oleh latar belakang penulis--termasuk keadaan saat menulis puisi.

Jenis-jenis Puisi

Puisi Lama

Puisi lama itu puisi yang masih terikat dengan peraturan-peraturan penulisan, mulai dari jumlah kata, jumlah baris, persajakannya, rima, dan sebagainya. Yang jelas, penulisan berbeda akan membentuk jenis puisi yang berbeda.

Puisi lama memiliki beberapa jenis, mulai dari mantra, pantun, talibun, syair, gurindam, dan masih ada yang lain. Bahasan lengkap tentang puisi lama akan saya bahas di artikel yang berbeda. Saya tidak mau membuat artikel terlalu panjang, tapi tenang saja, saya akan tetap membahasnya.

Puisi Baru Berdasar pada Isinya

Puisi baru sendiri memiliki kebebasan yang lebih luas daripada aturan-aturan pada puisi lama, mulai dari jumlah suku kata, jumlah baris, jumlah kata, rima dan sebagainya. Beberapa puisi baru yang didasarkan pada isinya adalah:

  1. Balada, sajak yang sederhana: tentang kisah cerita rakyat, mengharukan, kadang-kadang juga disajikan menjadi bentuk dialog.
  2. Himne (gita puja), nyanyian puja-pujaan untuk Tuhan ataupun Dewa.
  3. Ode, puisi lirik yang menyanjung orang berjasa dengan mengagungkan dan bertema serius.
  4. Epigram, puisi tentang tuntunan atau ajaran hidup.
  5. Romansa, puisi cerita tentang luapan perasaan cinta dan kasih.
  6. Elegi, syair atau nyanyian berupa ratapan atau ungkapan dukacita, khususnya tentang peristiwa kematian.
  7. Satire, puisi yang menggunakan gaya bahasa menyindir atau mengkritik dan dpenyampaiannya berbentuk ironi, sarkasme, ataupun parodi.
  8. Distikon, puisi dengan masing-masing baitnya terdiri atas 2 baris (puisi dua seuntai).
  9. Terzina, puisi dengan masing-masing baitnya terdiri atas 3 baris (puisi tiga seuntai).
  10. Kuatren, puisi dengan masing-masing baitnya terdiri atas 4 baris (puisi empat seuntai).
  11. Kuint, puisi dengan masing-masing baitnya terdiri atas 5 baris (puisi lima seuntai).
  12. Sekstet, puisi dengan masing-masing baitnya terdiri atas 6 baris (puisi enam seuntai).
  13. Septima, puisi dengan masing-masing baitnya terdiri atas 7 baris (tujuh seuntai).
  14. Oktaf/Stanza, puisi dengan masing-masing baitnya terdiri atas 8 baris (puisi delapan seuntai).
  15. Soneta, puisi dengan 14 baris yang terbagi menjadi 2, di mana 2 bait pertama masing-masing sebanyak 4 baris dan 2 bait kedua masing-masing berjumlah tiga baris.

Puisi Kontemporer

Puisi ini berusaha untuk keluar dari aturan-aturan konvensional puisi itu sendiri. Ia menyesuaikan diri dengan zaman yang semakin berkembang. Tidak lagi penting hal-hal seperti gaya bahasa, irama, dan sebagainya yang ada di puisi lama dan puisi baru.

Puisi yang termasuk puisi kontemporer ialah puisi mbeling: puisi yang sudah tidak mengikuti aturan penulisan puisi; puisi konkret: puisi dengan lebih mengutamakan bentuknya dan medianya tidak sepenuhnya menggunakan bahasa; dan lainnya.

Siapapun orangnya, dia bisa membuat puisi ini.

Tips Menulis Puisi

Berikut di bawah ini adalah tips-tips dalam menulis puisi, bukan sebuah cara langkah demi langkah, karena tidak ada cara pasti dalam menulis puisi. Yang paling penting adalah membaca sebanyak mungkin puisi dan mencoba membuatnya sebanyak yang bisa dituliskan. Lama-lama, kita akan terbiasa dan pasti puisi kita akan berkembang juga, menjadi semakin bagus lagi.

Memberi Jeda dengan Emosi yang Dirasakan

Bagaimana maksudnya? Tips ini datang dari penulis puisi romantis yang terkenal: Sapardi Djoko Damono. Ceritanya begini: saat kita marah misalnya, jika kita menulis puisi di saat itu juga, maka isi puisinya hanya marah-marah saja. Banyak tanda seru, dan sebagainya.

Sehingga, kita perlu memberi jeda waktu agar marah yang kita rasakan bisa mereda lebih dulu. Bahkan beliau, SDD, menulis puisi Marsinah dalam rentang waktu 3 tahun. Alasannya karena saat melanjutkan sajak tersebut, beliau marah lagi, marah lagi. Hingga akhirnya dijeda lagi, dijeda lagi, hingga akhirnya rampung setelah 3 tahun lamanya.

Sajak Berada di Sekitar Kita

Jangan hanya karena disebut puisi, lalu kita harus menggunakan imajinasi yang melangit dan menyulitkan kita sendiri. Puisi itu mengajari kita untuk peka terhadap lingkungan sekitar. Tuliskan apa saja yang ada di sekitar kita, tidak perlu mencari yang jauh, apalagi mencari sesuatu yang tidak kita tahu.

Sebagai contoh, puisi beliau, Sapardi Djoko Damono, yang berjudul Berjalan ke Barat di aktu Pagi Hari adalah sajak sederhana. Sajak tersebut hanya melukiskan kejadian apa-adanya. Namun, lihat, puisi tersebut bahkan telah diterjemahkan ke lebih dari dua puluh bahasa dan diantologikan bersama karya sastra top dunia.

Jangan Menirukan Karya Sendiri, Perbanyak Referensi

Tips ketiga dari Sapardi Djoko Damono. Menirukan karya sendiri artinya kita berkecimpung di satu hal saja. Belajar menulis itu jangan hanya satu hal saja, nanti kreativitasnya tidak berkembang. Tipsnya adalah membaca sebanyak-banyaknya bacaan dan menulis sebanyak-banyaknya tulisan.

Milikilah Buku Catatan Ide

Seringkali, kita terpikirkan sebuah ide tulisan di tempat-tempat tertentu. Misalnya saja disaat kita menunggu bus, jogging pagi, atau kegiatan apapun. Maka dari itu, penting sekali kita punya buku catatan kecil yang mudah dibawa-bawa sebagai penanmpung ide kita yang datang begitu saja saat kita tidak bisa menuliskannya secara langsung.

Meluaskan Sudut Pandang

Ini adalah lanjutan dari tips ketiga SDD di atas. Banyak menulis dan membaca akan memberikan banyak pengetahuan sehingga sudut pandang kita juga akan lebih banyak dan luas. Tidak terpaku pada satu sudut saja. Alhasil, kita bisa lebih toleran, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan mampu mengambil keputusan dengan lebih baik dan matang.

Jangan Ceramah

Tulisan yang terlalu banyak ceramah dan usaha untuk menggurui itu tidak nyaman dibaca. Sebagian ending yang terlalu ditentukan arahnya oleh penulis juga membuat tulisan menjadi tidak nikmat. Semakin banyak teka-teki, semakin banyak amanat, semakin banyak persepsi, puisi yang kita buat akan semakin baik. Karena pada dasarnya, puisi itu kan karya tulis yang dipersingkat, tetapi mengandung banyak makna. Kalau maknanya dijuruskan pada satu hal saja, tak beda dengan menceramahi pembaca.

Banyak-banyaklah Membaca Karya Penyair Lain

Pada akhirnya, untuk bisa menulis dengan baik tidak bisa lepas dengan kegiatan membaca. Karena hanya dengan membacalah kita bisa memperluas pengetahuan dengan cepat tanpa harus mengalaminya secara langsung.

Beberapa Rekomendasi Para Penulis yang Karyanya Wajib Dibaca

  1. Goenawan Muhammad 
  2. Chairil Anwar
  3. Rendra
  4. Sapardi Djoko Damono
  5. Sutardji Calzoum Bachri
  6. Afrizal Malna
  7. Acep Zamzam Noer
  8. Taufik Ismail
  9. Sitor Situmorang
  10. Seobagyo Sastro Wardoyo