[Belajar Nulis Novel] Dua Sistem Menulis Selama Proses Menulis Novel

Februari 06, 2019
Proses menulis novel adalah hal yang sering membuat hati bergejolak. Pasalnya, akan sering datang waktunya, apalagi seorang pemula seperti saya, ingin segera menyelesaikan tulisan, tapi pikiran seperti buntu dan yang sudah ditulis jelek sekali.

novelBahkan saya sudah merasakannya berkali-kali. Setiap draft yang saya tulis kebanyakan terbengkalai setelah paling 5-15 halaman. Tahu kenapa? Karena saya merasa tulisan itu terlalu jelek. Lantas saya berhenti dan tidak melanjutkannya. Akhirnya imajinasi untuk tulisan itu berhenti di sana, karena saya tinggalkan.

Maka dari itu, dari sekian banyak percobaan saya menulis novel, saya menemukan beberapa tips selama proses menulis. Saya menyebutnya sistem menulis novel pemula. Apa saja?

  1. Sistem Menulis Cepat-Terstruktur-Fokus (CTF)

    Saya pernah bilang dalam artikel sebelumnya, coba baca: Membuat Kerangka Novel dengan Mudah dan Memudahkan. Pada tahap akhir saya menyebutkan untuk mulai menulis dengan sistem menulis cepat. Apa, sih, sebenarnya sistem menulis cepat ini?

    Gampangannya adalah belajar menjadi orang yang tidak tahu apa-apa. Tidak peduli tentang apa. Tidak paham tentang bagaimana atau kenapa. Menulis, ya, menulis saja. Soal EYD atau EBI belakangan. Soal jelek-bagus nanti dulu. Soal alur menarik atau tidak jangan dipikirkan. Soal diksi pepak atau itu-itu saja ... memang siapa peduli?

    Belajar menulis adalah proses yang panjang. Tahu kenapa? Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Kalau puas dengan hal yang instan lantas minta diabadikan, apa, ya, pantas? Kalau saja teman-teman tahu, saya sedang menasihati diri sendiri, wkwkwk.

    Ciri sistem menulis CTF:
    • Hanya menuliskan semua yang sebelumnya telah dirancang dalam kerangka tulisan.
    • Hanya membutuhkan waktu yang singkat dalam proses menulis karena tidak memikirkan apapun selain selesai.
    • Tidak sering membaca tulisan yang baru saja ditulis, misal tiap bab selesai langsung dibaca--tidak begitu.
    • Jauh dari writer's bock. Kenapa? Karena semua yang ditulis hanya mengikuti kerangka cerita awal saja. Jadi, waktu menulis tidak perlu lagi memikirkan apa-apa.
    • Akan tetap ingat cerita yang telah ditulis karena semua ide awal dituliskan dengan cepat dan tidak dijeda pikiran lain.
    • Biasanya, orang yang menulis dengan sistem ini cenderung lebih fokus dan cepat selesai.
    • Kerangka adaah hal yang sangat penting di sini.

    Sistem menulis cepat akan menghasilkan tulisan tanpa menghabiskan banyak waktu. Namun hasilnya akan lebih banyak cacat, memang. Apalagi pemula seperti saya. Tulisan bisa saja kehilangan unsur menarik baik dari segi tata bahasa seperti majas dan sebagainya. Bagaimanapun, novel adalah sastra, jadi akan lebih afdol kalau terdapat kaidah-kaidah sastra di dalamnya. Namun itulah nanti yang membat sistem ini sangat membutuhkan proses menyunting-editing.

    Namun, ini adalah sistem yang baik karena tujuan dari menulis novel yang pertama adalah selesai. Dan sistem ini berorientasi ke sana.

  2. Sistem Menulis Sempurna-Pemula-Lama (SPL)

    Entah kenapa saya menamainya begitu, tapi bukan berarti sistem ini adalah yang paling sempurna, melainkan "hanya ingin" sempurna. Saya berpikir bahwa harusnya, ini disebut sistem pemula, bukan sempurna. Akhirnya saya masukkan kedua kata tersebut, wkwkwk.

    Sistem menulis satu ini membutuhkan waktu lama. Mengapa begitu? Karena seperti berikut inilah ciri-ciri sistem menulis SPL:

    • Memikirkan setiap kata yang akan dituliskan.
    • Setiap kalimat dipaksa mengandung majas/rima yang sama/kata-kata cantik yang sulit dimengerti orang awam/puitisme yang dibuat-buat.
    • Membutuhkan waktu lama dalam menulis.
    • Membutuhkan semangat, ketelatenan, keistiqomahan, dan ketahanan yang lebih banyak.
    • Sering membaca bab yang baru selesai ditulis ataupun yang sedang ditulis, dan mengulanginya.
    • Karena membutuhkan waktu lama akan memunculkan ide baru di luar ide yang sudah dibuat dalam kerangka dan menyebabkan kerancuan. Sehingga perlumengulanginya dari awal.
    • Mudah terhenti sebelum selesai.

    Saya pikir kira-kira begitu. Jadi, ya, kalau untuk pemula, ini kurang cocok. Meski ini bisa menjadi sistem yang bagus untuk belajar menulis karena bisa membuat kita biasa menulis secara reguler.

    Beda kalau seorang profesional yang menggunakannya. Saya pikir, banyak yang menggunakan sistem demikian, barangkali. Karena setiap kalimat akan terkontrol dengan baik. Namun membutuhkan waktu lama. Termasuk waktu riset yang, mungkin, akan dibarengkan dengan waktu menulis. Jadi, tidak terpisah, tapi selagi riset, pun menulis.

    Bagaimana kalau pemula? Seringkali pemula juga memakainya. Bukan karena mengoreksi tulisan menjadi sempurna. Lebih karena tidak percaya diri dengan tulisannya. Alhasil, tulisan, seringkali, hanya terbengkalai dan ditinggalkan. Pikirannya kira-kira begini, "baru aja setengah, tapi ada ide lain. Baca ulang kerasa jelek, pengen lanjut ide baru ini, tapi harus diubah dari awal. Mending nulis baru aja."

    Wkwkwkwk ... saya hanya mengada-ada, wkwkwk. Dan mengira-ira dan curhat di salah satu sisinya.
Sebenarnya saya hendak menambahkan sistem-sistem lainnya, tapi belum saya pikirkan apa, wkwkwk. Sehingga, saya kira itu dulu. Nama-namanya saya buat sendiri. Jadi, sekali lagi saya akan ingatkan bahwa semua artikel di blog ini adalah tulisan asli saya berdasarkan pengalaman pribadi. Jangan bawa-bawa teori di artikel ini untuk debat sastra, karena tidak ada sumber jelasnya, wkwkwk. Sumbernya dari pengalaman. Meski pengalaman juga bersumber dari ilmu-ilmu yang sudah ada sebelumnya, wkwkwk.

Kalau begitu, sekian dulu dari saya. Semoga tulisan bisa bermanfaat. Jangan berhenti semangat menulis, ya. Nanti kalau saya sudah pikirkan sistem lain, tulisan ini akan saya perbarui lagi. Begitu?

Salam yang selalu hangat,
Admin kyd.