[Tips Menulis] Kunci Utama Menulis (William Forrester)

Januari 18, 2019
Kali ini, sebuah motivasi menulis datang dari sebuah film bertema buku dan menulis, tentunya. Film ini saya tonton sewaktu SMA. Padahal film ini termasuk sudah tua sekali. Film berjudul "Finding Forrester" yang ditayangkan pada tahun 2000. Lihat? Sudah tua, tapi saya dapat pesan yang cukup banyak.

tips-menulis

Saya tidak akan memberi sinopsis film atau review setelah menonton, ya. Saya ingin berbagi mengenai beberapa tips menulis yang saya dapat darinya. Dan beberapa hal tentang etika dan sebagainya. Pokoknya hubungannya dengan buku dan tulis-menulis.

SATU. Membaca Menambah Wawasan, Nyata!

Memang terdengar klise dan tidak ada menariknya. Namun melalui film Finding Forrester ini, saya terpacu untuk lebih banyak membaca, lebih banyak mencari tahu hal-hal berbeda, lebih banyak ilmu tentang segala hal. Dan melalui film ini, saya sadar bahwa ilmu saya sungguh masih begitu sedikit.

Kalau pengalaman disebut guru paling berharga, maka membaca adalah mempelajari pengalaman yang tidak bisa kau dapat secara langsung.

Sungguh. Membaca apa saja. Temukan kenikmatannya, dan rasakan manfaatnya. Saya selalu melakukan itu: mencari kenikmatan atas suatu kegiatan. Kalau kita bisa menemukan (red: merasakan) titik nikmat itu, yakinlah bahwa membaca adalah suatu yang mengasyikkan.

Bahkan setelah saya asyik dalam sebuah bacaan, saya bisa habiskan waktu berjam-jam untuk membaca. Mengalahkan waktu gaming kalian (wkwkwk, padahal saya yang kadang sering lupa waktu kalo ngegame.). Bayangkan. Jangan. Cobalah langsung. Saya saja kadang merasa aneh, "kok bisa, yah, saya baca selama ini?"

Jawabannya adalah karena saya menemukan titik nikmat dari membaca dan saya merasakan manfaatnya.

DUA. Jangan menulis sesuatu yang kontras!

Sulit dimengerti? Awalnya saya juga kurang paham. Namun sebenarnya, itu adalah kalimat yang mudah. Menulis adalah cara kita meragkaikan kata demikata membentuk kalimat. Selanjutnya kalimat-kalimat disusun sedemikian sehingga tercipta sebuah paragraf, paragraf lainnya, dan akhirnya membentuk sebuah tulisan lengkap. Rupanya?

Rupanya bisa banyak hal. Jika itu adalah sesuatu yang dibubuhi imajinasi dan khayal, jadilah cerpen, novel, cermin, roman, puisi, dan sebagainya. Kalau hasil dari penelitian, bisa berbuah menjadi karya tulis ilmiah, artikel, esai, dan sebagainya. Banyak hal. Banyak sekali.

Kepaduan dari kalimat-kalimat itulah yang membentuk sebuah tulisan berkualitas. Membahas sesuatu dengan lebih fokus dan mengalir. Junjung prinsip realitas, kasualitas, dan gabungkan dengan ide, gagasan, ataupun imajinasi yang kita punya.

Tulisan yang saling kait dan menimbulkan kesinambungan akan sebab akibat yang rasional akan mudah diterima dan lebih terasa nyata dan logis.

TIGA. Hargailah buku, sekaligus penulisnya.

Di dalam film Finding Forrester, saya merasakan sekali kepedihan seorang penulis jika karyanya tidak dihargai. Bagaimanapun, tulisan yang telah tercetak menjadi buku telah melalui banyak perjuangan. Menghargai buku adalah cara menghargai penulisnya juga.

Jangan melipat lembaran dalam buku, tidak sopan. Hal itu menunjukkan bahwa kita tidak menghargai buku itu, begitupun tulisannya.

Hal ini pula yang membuat saya hanya menulis untuk diri sendiri. Saya simpan tulisan di laptop, karena saya belum siap untuk hal demikian. Sering saya datang ke tempat bazar, termasuk bazar murah. Saya dapati buku-buku diobralmurah, berserakan, tidak karuan. Rasanya bergetar hati saya, jika sayalah yang menulis buku-buku itu.

Maka, mulai sekarang, mari mulailah menghargai buku sebagai salah satu cara kita untuk menghargai penulisnya yang telah berjuang menuliskan buku itu.

EMPAT. Desain kaus kaki dirancang dengan buruk

Wkwkwk, tertawalah kalau setuju. Jadi, di film ini, eyang Forrester mengatakan demikian. Bahwa desain kaus kaki dirancang dengan buruk. Bagaimana tidak? Jahitannya ada di dalam dan membuat kakinya sakit. Maka dari itu, ia selalu menggunakan kaus kaki dengan terbalik. Wkwkwk.

Selain itu, kata eyang, dalam beberapa kebudayaan, memakai sesuatu dengan terbalik membawa keberuntungan. Bukannya dia percaya hal itu, tapi katanya, itu seperti berdoa. Lihat betapa asyiknya mengetahui pikiran orang yang 'keren'?

LIMA. Jangan berpikir saat menulis.

Kalimat lengkapnya kurang lebih begini, setelah saya artikan ke bahasa Indonesia tentunya.

Kau menulis draft pertama dengan hatimu. Kau menulis ulang dengan kepalamu. Kunci utama dalam menulis adalah untuk menulis, bukan untuk berpikir.

Apa yang saya rasakan saat pertama mendengarnya? Wow! Saran macam apa itu. Saya selalu bingung apa yang akan saya tulis. Sehingga untuk memulai saja, saya merasa sangat kesulitan. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai paham dan mengerti arti kalimat itu. Memang benar dan nikmat!

ENAM. Jika kesulitan dengan yang ke-5, wkwk, lakukan cara ini.

Lanjutkan cerita yang sudah ada. Apa? Kita disuruh plagiat? Wkwk, bahasa kasarnya begitu. Jai, jika kita benar-benar kesulitan untuk menulis, mulailah dengan menulis ulang tulisan orang lain, lalu melanjutkannya dengan kalimat sendiri setelah ide datang.

Karena ide akan datang secara mengalir saat kita sedang menulis. Maka dari itu, saya mengerti kenapa kunci utama dalam menulis itu ya menulis, bukan untuk berpikir. Berpikir datang belakangan. Selama kita dalam keadaan menulis, pikiran entah itu ide, imaginasi, dan sebagainya (sama aja, ya, artinya. Wkwkwk.) akan datang dengan sendirinya.

TIPS TERAKHIR. Kok sudah panjang aja, ya?

Itulah yang terjai jika kita menerapkan tips menulis eyang Forrester dari film Finding Forrester. Saya pikir, tulisan saya juga sudah sangat panjang, ya. Saya takut malahan nanti tidak dibaca. Kan, sayang sudah menulis panjang-panjang.

Sudah dulu kalau begitu, ya. Semoga tulisan saya bisa bermanfaat. Terus semangat untuk belajar menulis.

Salam,
Admin kyd.