[Belajar Menulis Esai] 2. Menentukan Tujuan, Tema, Referensi, dan Mulai Menulis

Januari 13, 2019
Tahap kedua dalam belajar menulis esai adalah menentukan untuk apa saya menulis esai, tema apa yang akan diambil, referensi apa saja yang dibutuhkan, dan mulai menulis. Bagaimanapun, tujuan tetaplah menjadi awal yang perlu ditekankan sebelum memulai kegiatan, apapun kegiatannya. Saya pikir begitu. Agar ketika saya malas, saya bisa mengingat lagi tujuan itu.

esai

Apa tujuan menulis esai?

Saya telah menuliskan beberapa alasan kenapa saya butuh menulis esai. Saya urutkan berdasarkan pikiran saya dalam mengingatnya, mana yang lebih dulu dan seterusnya. Yang jelas, saya tidak akan menulis esai untuk mengungkap bahwa hati berdebar saat melihat senyummu (wkwk).
  1. BEASISWA. Saya ingat, ini yang pertama sebagai alasan saya menulis esai. Tidak bisa tidak. Kebanyakan, memang tidak semua, syarat mendaftar beasiswa disertai kewajiban menuliskan esai tentang diri sendiri. Iya, bukan syarat untuk mendekatimu, tapi beasiswa (wkwk).

    Esai untuk beasiswa tidak dibatasi format tertentu, biasanya, yang terpenting adalah poin-poin penting yang hendak disampaikan dituliskan dengan jelas dan tidak berbelit-belit. Selain itu, kalimat yang terbentuk sebaiknya bisa meyakinkan pemberi beasiswa. Salah satunya bisa dengan menghindari kata: mungkin, sepertinya, dan sejenisnya.

    Kalau BEASISWA menjadi alasan, ingatlah jika mulai malas bahwa esai yang baik bisa menjadi salah satu penunjang agar diterima beasiswa.

  2. TUGAS. Siapa yang setuju dengan alasan kedua ini? (Angkat tangan, wkwkwk) Cukup banyak juga tugas membuat esai, bukan hanya bahasan Indonesia saja, melainkan mata pelajaran/kuliah yang lain juga. Saya kurang paham apakah hal ini bersifat universal, tapi saya merasakannya.

    Kadang kalau bentuknya tugas, esai lebih sering menjadi tugas langsung, sih. Bukan tugas yang boleh dibawa pulang sebagai PR (Pekerjaan Rumah) (atau Kos, wkwkwk). Karena itu, kemampuan menulis esai harus dikuasai agar mudah saat tiba-tiba ada tugas semacam ini yang mendadak. Setuju sama saya, kan? (Wkwkwk)

    Agar nantinya semangat, jika TUGAS menjadi alasan, ingatlah bahwa dengan belajar membiasakan menulis esai bisa membuat nilai menjadi memuaskan jika ada tugas membuat esai mendadak. Maaf saja kalau terkesan ngambis (Wkwkwk).

  3. LOMBA. Nah, kalau saya sendiri akan tetap semangat jikalomba adalah alasan saya menulis esai. Entah kenapa, mungkin tujuannya juga sudah tidak benar, (wkwkwk). Namun hadiah lomba yang menggiurkan membuat saya terpacu dan tetap semangat.

    Jadi, jika saya mulai malas. Saya akan melihat lagi info lomba menulis esai itu dan melihat hadiah-hadiah yang disediakan untuk para juara. Ah... rasanya, walaupun sedikit, ada percikan api semangat di dalam dada. (Wkwkwk)

  4. ALASAN LAIN. Yang terpenting adalah, cobalah cari alasan kenapa perlu belajar menulis esai. Semakin kuat alasannya, semakin baik untuk kelangsungan pembelajaran dan semakin jauh rasa malas. Bagaimanapun, alasan adalah komponen yang membuat saya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kalau setuju, cobalah mencari alasan untuk setiap tindakan yang hendak kita lakukan.

Tujuan akan memperjelas tindakan. Semakin kuat perasaan untuk meraih tujuan, semakin tidak ada artinya rintangan yang menghadang--semua itu akan terasa ringan dan mudah. 


Menentukan Tema Esai

Ada begitu banyak tema yang bisa dibuat menjadi esai. Kalau esai dibuat karena alasan 1-3 di atas, tidak perlu kita memikirkan tema, biasanya tema sudah ditentukan. Namun bagaimana jika tema belum ditentukan? Atau bagaimana jika ada tema, tetapi temanya masih begitu luas? Bagaimana mencari sub tema? Dan bla bla bla...

Literasi untuk mengeksplorasi tema.

Saya skip untuk urusan tema. Cara paling jitu menentukan tema atau sub tema adalah dengan berliterasi. Literasi akan memberikan kita wawasan lebih luas. Maka, mulailah suka membaca. Masih ingat kalimat ini: hanya orang sombong yang menulis tapi tidak membaca. (?)

Selain literasi, adakah cara lain?

Peka! Selain literasi, pekalah terhadap lingkungan, isu masalah di lingkungan. Lingkungan adalah sumber pengalaman hidup. Selain itu, untuk apa menyelesaikan masalah yang bahkan di lingkungan sudah teratasi? Iya, kan?

Selain itu, literasi! (Wkwkwk) Saya biasanya mencari banyak referensi terlebih dahulu jika sudah menemukan tema yang akan ditulis menjadi esai. Jenis referensi semacam apa yang saya cari? Bagaimana saya mencari referensi? Apa saja yang bisa dijadikan referensi?

Referensi yang saya sering cari dimulai dari hal-hal yang sederhana, seperti:
  • Definisi istilah-istilah seputar tema.
  • Pandangan para ahli seputar tema.
  • Penelitian atau tulisan seputar tema yang telah ada.
  • Masalah-masalah seputar tema yang terjadi sekarang.
  • Dampak dan hal-hal yang berkaitan dengan tema.
Kurang lebih, itulah beberapa hal yang saya cari sebagai pokok dalam mengumpulkan referensi. Saya selalu mengusahakan ada beberapa sumber tentang sebuah penyampaian yang sama. Hal ini untuk menguatkan saja, sebagai bukti sekaligus menunjukkan kebenaran dan meningkatkan kepercayaan pembaca kepada argumen saya nantinya.

Hal-hal lain yang belum saya sampaikan di sini, selanjutnya akan disampaikan jika saya ingat (Wkwkwk). Meskipun saya sampaikan seperti tertulis di atas, saya sendiri belum lancar dalam menulis esai. Masih harus banyak sekali belajar. Dan menulis di blog ini adalah salah satu cara saya belajar. Menuliskan apa yang telah saya pelajari, mempraktikannya langsung, dan alasan lain (wkwkwk).

Jangan lama-lama, mulailah menulis.

Yang terpenting adalah action. Teorinya bagus tapi kalau tidak pernah praktik langsung, nanti lama-lama teori juga menjadi tidak berguna dan terlupa. Jadi, jangan kebanyakan mikir, langsung mulai menulis.

Salam,
Admin kyd.