[Menulis Cerpen] Ending Mengesankan

Januari 05, 2019
menulis cerpen 6
Original Image: Pixabay

Kalimat terakhir yang mencengangkan, berkesan terus menerus di kepala pembaca. Ah, sungguh indah karya ini, kata pembaca kemudian. Atau, gila! Keren banget endingnya! Dan ekspresi lainnya saat para pembaca menyelesaikan cerita yang kita tulis.

Bagaimana perasaan kita sebagai penulis cerita itu? Tentu saja hati kita terasa meletup-letup dengan bunga bertebaran bukan? Dan bibir kita takhenti-henti untuk merekah, tersenyum dengan kebahagiaan. Senang kita bisa berbagi perasaan pada pembaca, dan mereka menyukainya. Kan?

Memang, ending yang mengesankan saja tidak akan cukup tanpa membawa pembaca terus menikmati tulisan kita dari awal tulisan hingga menjumpai endingnya. Namun kalau kita telah memperhatikan postingan-postingan saya sebelumnya, mungkin akan lain cerita. Memang saya tidak menjamin, tapi itu adalah tips sekaligus pengalaman saya sendiri dalam belajar menulis. Tentu karena saya bukan seorang penulis profesional, tips-tips saya barangkali ada yang keliru atau tidak sesuai untuk beberapa orang pemula.

Lalu, bagaimana cara membuat ending yang mengesankan?


Ini penting. Untuk mendapatkan ending yang keren, tentunya harus kita ketahui dulu berbagai macam atau jenis ending yang sering kita temukan di dalam karya karya fiksi. Namun sekali lagi, jangan terlalu fokus menciptakan ending yang sempurna lalu meninggalkan deretan kalimat-kalimat dari sejak kata pertama kita. Buatlah pembaca terus penasaran, hingga terus membaca sampai ending.

Apa saja macam ending dalam cerita?


Ending yang saya maksud bukan happy ending, sad ending, atau cliffhanger ya. Kalau itu, saya rasa semua orang sudah tahulah. Happy ending itu akhir yang bahagia, sad ending itu akhir yang menyedihkan, dan cliffhanger adalah ending yang menggantung. Hampir sama yang hendak saya bahas, tapi inilah.
  1. ENDING TERBUKA. Ending ini adalah akhir yang diberikan kepada pembaca untuk menyimpulkannya sendiri. Maksudnya, penyelesaian dalam cerita tidak ditulis kita sebagai penulisnya, tapi membiarkan pembaca untuk menerka-nerka sendiri dengan imajinasinya. Ending ini bisa menjadi sebuah teka-teki yang harus pembaca pikirkan lebih dulu sebelum bisa menyimpulkannya, atau sesuatu yang tiba-tiba sehingga mengejutkan pembaca sementara penyelesaiannya belum begitu jelas. Ya, kira-kira begitulah maksud ending terbuka itu: yang menutup penyelesaian cerita adalah pembaca.

  2. ENDING TERTUTUP. Untuk satu inilah ending normal. Memiliki penyelesaian yang jelas. Akhiran cerita dengan ending ini bisa berupa dua: ending soft atau halus dan ending hard atau twist. Untuk soft, penyelesaian masalah dalam cerita berjalan mulus, seperti seharusnya, tidak ada yang di luar dugaan. Namun untuk ending hard, akan memberikan efek twist atau sesuatu yang takterduga. Kira-kira begitu cara saya memandang ending, baik yang saya baca maupun yang kadang saya tulis.
Mungkin pengertian secara teori, tentang dua ending di atas agak berbeda dari teori sebenarnya. Ya, itu versi saya. Dan sesungguhnya, itulah yang saya pahami. Kita bisa mencari teori atau pandangan lain mengenai ending cerita, silahkan carilah cara yang paling sesuai untuk memahami dunia tulis menulis. Nikmatilah. Jangan terlalu kaku pada teori. Sastra modern saat ini bahkan telah sangat bebas bentuknya, yang terpenting adalah apa yang kita sampaikan untuk pembaca.

Kedua ending di atas juga bisa dibuat sebagai sad ending, happy ending, ataupun cliffhanger. Yang berbeda cuma pada penyelesaiannya: apakah kita sebagai penulis yang menguraikan penyelesaiannya pada pembaca ataukah kita biarkan pembaca yang menyelesaikan cerita dengan imajinasi mereka. Itu saja.

Jadi, bagaimana cara membuat ending yang mengesankan?


Pada akhirnya, mengesankan atau tidaknya ending yang kita buat, juga dipengaruhi tulisan kita dari awalnya. Kalau kita mau ending yang sangat bagus, biasanya kita harus menggantung rahasia yang bisa membuat pembaca tercengang jika mengetahuinya.

Namun kekurangannya, jika kita terlalu banyak menggantung, nanti pembaca akan bosan. Kita harus tetap memberi jawaban sedikit demi sedikit atas permasalahannya, tapi taruh yang paling penting di ending. Yakinlah nantinya akan tercipta ending yang terus terngiang ngiang di pikiran pembaca.

Membuat ending memang gampang-sulit-sulit (sulitnya ada dua). Makanya, dalam membuat tulisan, ada sebagian dari kita memulainya dari ending. Ya! Itu bukan masalah. Cobalah kita tuliskan dulu endingnya. Perhatikan baik-baik, apakah kita sendiri terkesan dengan ending itu?

Ingatlah, orang pertama yang menangis karena buku adalah penulisnya. Jika kita sebagai penulisnya saja merasa ending yang kita buat biasa-biasa saja, maka kita perlu memperbaikinya lagi.


Perbanyaklah Bereksperimen dengan Bermacam Ending


Tips terakhir adalah saran klise: tulislah sebanyak-banyaknya cerita. Dengan banya menulis cerita yang mempunyai ending berbeda, maka referensi atau trik trik dalam menulis ending akan kita ketahui seperti sebuah rahasia.

Kunci ending yang mengesankan pembaca bisa kita pelajari sedikit demi sedikit melalui keragaman ending yang kita tuliskan. Dan membaca banyak-banyak cerita dan peka terhadap permasalahan di lingkungan bisa memperkaya referensi kita. Dan lagi, jangan sungkan-sungkan meminta saran dari teman dekat.

Bagaimana? Sudah ada setitik cahaya untuk membuat ending yang mengesankan pembaca? 


Sebenarnya, saya juga selalu bingung untuk mengakhiri cerita. Cobalah menanyakan pada diri kita untuk mengetes ending yang kita tulis: apakah kita terlalu banyak menjelaskan? Ataukah terlalu sedikit yang diceritakan? Apakah begitu mudahnya tertebak dari awal? Kira-kira itulah pertanyaan untuk mengetes ending kita.

Dan cobalah mengosongkan pengetahuan kita tentang tulisan yang kita buat dengan mengendapkannya dulu dalam jangka waktu cukup lama. Baca lagi saat kita sudah lupa dengan cerita (ini lebih baik) dan nilai sendiri ending kita.

Sekian. Ada pertanyaan? Ada komentar? Silahkan coret-coret di kolom komentar. Kita diskusi bersama.

Salam,
Admin kyd.