Saya akan memulainya kembali dengan memahami apa sebenarnya novel. Ceritanya, tadi siang saya baca-baca gitu dan saya ingat beberapa hal yang menurut saya penting tentang hakikat sebuah novel, wkwkwk. Saya buat poin-poin saja, ya, agar lebih mudah memahaminya.
-
Jumlah kata dan halaman novel.
Kalau di Indonesia sendiri, biasanya novel dibandrol dengan jumlah kata sekitar 20.000 sampai 40.000 kata, (wkwkwk, bukan harga, ya). Itu biasanya saja. Namun kalau di luar negeri, kalau saya tidak salah ingat, ya, itu sekitar 40.000 - 80.000 kata. Itu kalau dihitung dari jumlah katanya.
Kalau dihitung jumlah halamannya, dengan format penulisan menggunakan huruf Times New Roman 12 pt margin normal, di Indonesia, oleh penerbit-penerbit biasanya kisaran 100 - 200 halaman A4. Kira-kira segitu. Kalau untuk kompetisi biasanya mulai dari 60an halaman sampai 100 atau 150 halaman. Entah kenapa lebih sedikit, ya.
Setelah menjadi novel, maksudnya setelah cetak, dengan format penulisan yang saya sebut sebelumnya dan dengan ukuran novel normal, bisa dihitung dengan cara membagi jumlah kata keseluruhan naskah kita dengan 200. Itu kira-kira saja. Jadi, jika jumlah kata dalam naskah kita sebanyak 40.000, maka jumlah halaman setelah menjadi novel cetak sekitar 200 halaman. Kemungkinan besar akan menjadi lebih dari 200, ya, sekitar 250an, lah, mungkin, (wkwkwk).
Wkwkwk, kok, malah membahas jumlah kata dan halaman?
-
Novel menceritakan detail dan perubahan pelakunya.
Novel yang berkisar dalam 100an halaman bukanlah tulisan yang sedikit. Banyak, woy! Kalau dibandingkan dengan satu cerpen yang biasanya ditulis dalam 1000 kata, novel adalah 40x lebih banyak dari cerpen. Jadi, setidaknya, kita harus menulis 40 cerpen untuk membentuk sebuah novel. Sayangnya, dalam novel, cerita saling terhubung. Kalau 40000 kata dibentuk dari kumpulan cerpen, namanya bukan novel, dong, itu antologi cerpen.
Atas perbedaan itulah, kerangka dalam novel menjadi berbeda. Setidaknya, begitulah menurut saya.
-
Novel harus segera diselesaikan karena potensi kemalasan untuk datang lebih besar. Apalagi saat sudah cukup lama ditinggal.
Jujur saja, saya sudah mulai belajar menulis novel sejak (sekitar) satu setengah tahun yang lalu. Upss, maafkan saya yang masih sangat newbie, wkwkwk. Sampai sekarang, hanya ada satu novel yang sudah kelar. Sisanya, ada beberapa (cukup banyak) draft novel yang tidak kunjung saya lanjutkan hingga sekarang. Seringkali saya malah membuat draft baru lagi, draft baru lagi. Menumpuk ramatan, itu draft di laptop saya, wkwkwk.
Jadi, cepat selesaikan saja. Jangan lama-lama. Kalau perlu, begadang saja. Namun 3 hari selesai menulis semua ide rancangan. Begitu baik menurut saya, wkwkwk. Soalnya, asal sudah tertulis, nanti tinggal kita ubah-ubah saja jika kurang pas. Lebih gampang.
-
Tulis ide utama cerita dalam satu paragraf, maksimal satu halaman. Tidak perlu banyak-banyak. Namun saya tidak memaksa kalau mau nulis banyak.
-
Berdasarkan ide utama, pecah menjadi beberapa konflik, termasuk konflik utamanya. Untuk memudahkan, buat rangkaian konflik dalam poin-poin.
-
Tentukan tokoh dan sifat-sinyatnya. Semakin kuat karakter pemeran utama kita, semakin menarik dan nyata nantinya. Selain itu, kita juga akan membuat tindakan-tindakan tokoh dengan lebih mudah, mengikuti karakter dan sifat-sinyat yang dimilikinya. Gunakan poin-poin seperti sifat pokok, misal pemarah dan sebagainya. Hingga ciri-ciri fisik juga. Kelakuannya. Cara dia mengambil keputusan dan sebagainya. Semakin detail semakin baik.
Namun hal yang perlu diperhatikan, jangan tuliskan deskripsi langsung ini dalam naskah novel nantinya. Hal itu kurang menarik. Tunjukkan lewat tindakan saja. Itu lebih mengaduk emosi pembaca.
-
Dari hasil nomor 2, buat rancangan pada tiap bab di dalam novel kita. Ada baiknya kita langsung menentukan saja banyak bab di dalam novel yang akan kita tulis. Lalu kita rancang kira-kira untuk tema dalam satu bab, apakah bisa mencapai jumlah 1000 kata atau hanya 800kata saja. Hal itu bisa dikira-kira jika kita sudah menentukan apa yang akan diceritakan pada bab tertentu.
Mungkin terkesan sulit, untuk mengira-ira. Namun, kelama-lamaan nanti akan mudah, kok, untuk menebaknya.
O, ya, di dalam kerangka tiap bab juga diperjelas settingnya, ya. Di mana atau kapan akan sangat membantu. Seringkali pergeseran waktu dalam novel menjadi rancu jika tidak diperhatikan baik-baik. Apalagi kalau kita sudah dalam tahap menulis sampai di tengah jalan. Susah, nanti kalau sampai lupa. Harus dibaca dari awal. Jadi, tulis dengan jelas di kerangka. Agar nanti kalau lupa bacanya kerangka.
-
Kalau sudah, mulailah menulis. Menulis sesuai dengan kerangka yang dibuat pada tiap bab. Gunakan teknik menulis cepat. Jangan pedulikan hal lain selain menulis. Ejaan, bagus-jelek, dan sebagainya, lupakanlah dulu. Tulis secepat mungkin. Karena menulis novel akan jadi membosankan kalau baru satu bab ditulis lalu kita membacanya. Nanti kalau sudah dua bab, dibaca lagi dari bab 1. Kapan akan selesai? Nanti bosan duluan, terus mulai merasa bahwa tulisan kita jelek. Akhirnya berhenti. Novel tidak selesai dan mendekam, deh, jadi draft yang ditinggalkan dan dibiarkan usang. Ah, itu kebiasaan saya. Jangan menirunya! (Wkwkwk.)
Ngomong-ngomong, ini sudah banyak, ya. Saya sudahi sampai di sini dulu, ya. Semoga cerita saya bisa bermanfaat. Saya juga masih belajar dan harus belajar lebih banyak lagi. Maka dari itu, jika ada kalimat yang tidak benar, silahkan dibenarkan, tegur saja saya.
Salam yang selalu hangat,
Admin kyd.