[Belajar Menulis Esai] 3. Membuat Kerangka Esai

Januari 14, 2019
Sebelum mulai membuat kerangka esai, agar memudahkan dalam menulis nantinya, saya butuh tahu dulu mengenai komponen-komponen yang ada dalam esai. Hal ini penting agar tulisan lebih terstruktur dan jelas bagian per bagiannya. Berikut saya rangkumkan hasil belajar saya mengenai komponen-komponen esai.

esai

Komponen-komponen dalam esai
  1. PENDAHULUAN. Terkandung dalam pendahuluan sebuah pengantar berupa latar belakang dan pendapat penulis tentang tema yang diangkat. Saya pernah membaca kalau berakhirnya bagian pendahuluan ditandai dengan disebutkannya rumusan-rumusan masalah yang menjadi latar belakang dituliskannya esai, selain latar belakang keadaan di lapangan sebelumnya.

    Saya juga pernah membaca kalau bagian pendahuluan tidak perlu terlalu banyak. Cukup disebutkan inti-inti ringkasnya saja, jangan bertele-tele. Pendahuluan bisa ditulis dalam 1-3 paragraf, tidak perlu terlalu banyak.

    Satu paragraf yang baik optimalnya memiliki 5 kalimat. Masing-masing kalimat berisi kira-kira 10 kata. Tips ini saya dapat dari seorang editor, atau siapa lupa. Katanya, kalimat/paragraf yang terlalu panjang akan membosankan dan membuat pembaca sulit memahami isinya.

  2. ISI/PEMBAHASAN. Bagian terpenting dan merupakan alasan utama esai ditulis/dibaca. Menjabarkan secara rinci ide gagasan secara kronologis sesuai dengan yang telah disusun di dalam kerangka sebelumnya.

    Pembahasan tidak boleh melebar, karena itu diperlukan kerangka jika kita sulit untuk fokus. Pembahasan dalam esai ataupun tulisan non-fiksi lainnya memang selalu sama: dimulai dari yang general dan berakhir kepada hal yang lebih kecil--meruncing.

    Jadi, arti tidak boleh melebar ialah tetap pada garis yang ditetapkan dan memberikan penjelasan merinci tentang sebuah hal yang sedang dibahas.

  3. PENUTUP/SIMPULAN. Bagian ini menutup penyampaian penulis tentang pandangannya pada topik yang diangkat. Menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya. Tidak mengangkat apapun lagi, yang lainnya--maksudnya pembahasan dan sebagainya lagi yang baru.

    Intinya, di bagian penutup, penulis dilarang menyampaikan hal baru selain dari pembahasan sebelumnya. Bagian ini juga tidak perlu banyak-banyak. Asal simpulan sudah disampaikan, artinya sudah cukup.

Sebetulnya, membuat kerangka esai bukanlah kewajiban yang harus dilakukan. Apalagi jika sedang diburu-buru atau sudah paham betul mengenai topik atau sudah terbiasa menulis esai. Bagian ini bisa diskip dan tidak akan mengurangi kualitas esai yang dibuat.

Namun, dalam tahap belajar seperti saya, diperlukan kerangka esai untuk mempermudah penulisan esai nantinya. Karena di dalam proses penulisan nantinya, saya akan lebih fokus karena sudah ada poin-poin penting sekaligus alur apa-apa saja yang perlu saya bahas di dalam esai. Hal ini juga memperjelas ide gagasan saya untuk sebuah topik tertentu.

Tahapan membuat kerangka esai

Tahapan di bawah ini dimulai setelah saya tahu hendak menulis topik apa. Jadi, pastikan dulu topik yang akan diangkat sebelum mulai menulis kerangka.
  • Buat poin-poin bahasan pada bagian pembuka/pendahuluan. Saya biasa membuat poin-poin tersebut diantaranya seperti:
    1. Keadaan/kondisi di masyarakat mengenai topik esai yang saya angkat. Biasanya menggunakan fakta yang menarik akan lebih diperhatikan oleh pembaca.
    2. Kenapa hal tersebut jadi masalah dan perlu penanganan.
    3. Sebuah rumusan masalah yang jawabannya akan menyelesaikan kondisi tadi.

  • Buat poin-poin utama berupa runtutan pembahasan tentang topik yang diangkat. Hal ini akan sangat sulit apabila kita belum paham banyak tentang topik kita. Maka dari itu, melakukan literasi mendalam adalah bekal yang baik. Saya biasa mencari bahan sebanyak-banyaknya dan membaca singkat bahan yang saya cari.

    Saya pernah dengar dari seorang penulis, bahkan penulis fiksi yang mengatakannya. Kurang lebih begini, "Kesalahan para penulis pemula adalah mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menulis. Sedangkan waktu untuk riset begitu singkat. Saya menghabiskan 90% waktu untuk riset dan 10% untuk menulis."

    Jadi, untuk kerangka pembahasan, risetlah sebanyak-banyaknya untuk mengeksplorasi tema. Adapun poin-poin yang sering saya cari dan buat di pembahasan adalah:
    1. Membahas lebih lanjut fakta yang saya tuliskan di pendahuluan.
    2. Memberi keterangan-keterangan dan pandangan dari para ahli dan hasil riset kondisi riil sampai sekarang.
    3. Mengungkapkan argumen saya.
    4. Memberi dukungan pada argumen saya melalui pendapat ahli yang sejalan atau sepemikiran.
    5. Apa lagi ya? Wkwkwk.

    Kira-kira, begitulah poin-poin yang saya tulis untuk pembahasan dan mencari referensi lebih lanjut untuk dikelompok-kelompokkan.

  • Kerangka penutup/simpulan. Saya biasa memberi sedikit kalimat tentang pentingnya bahasan yang saya jabarkan, memberi simpulan dari pembahasan yang berupa solusi dari rumusan masalah yang saya sebutkan di awal. Saya biasanya tidak membuat poin-poin karena isinya bergantung pada pembahasan yang saya tulis.

Begitulah cara saya dalam merangkai kerangka sebelum mulai menulis esai. Kalau esai pribadi, maksudnya tentang diri saya sendiri, saya belum pernah membuatnya. Saya belum pernah mendapati keperluan semacam demikian meski sebelumnya saya katakan bahwa beasiswa menjadi alasan saya butuh menulis esai. Namun, saya tidak pernah mendaftar beasiswa yang memerlukan esai diri sendiri. Wkwkwk.

Jadi, saya cukupkan dulu pembahasan kali ini. Sudah cukup banyak, ya. Saya takut akan membosankan dan malah tidak dibacakalu terlalu panjang. Semoga bisa bermanfaat. Terimakasih yang sudah mampir.

Salam,
Admin kyd.