[Menulis Cerpen] Tips Mencari dan Memilih Tema Cerpen

Desember 26, 2018
menulis cerpen 1
Original Image: Pixabay


"Tema merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah cerita." 

Tanpa tema, suatu cerita akan amburadul dan tidak terfokus. Padahal, dalam penulisan cerpen, haruslah memiliki satu topik saja untuk dibahas. Agar dalam kepadatan teksnya, pesan dalam cerpen dapat tersampaikan dengan baik. Artinya, pemilihan tema di awal--sebelum menulis--adalah sangat penting. 

Sesungguhnya, dalam pemilihan tema, tergantung pada mood kita yang menuliskannya. Jika kita sedang jatuh cinta misalnya, maka akan tercipta sebuah nuansa romantis yang kuat. Atau ketika kita sedih, maka cerita tentang kesedihan akan sangat baik untuk menjadi tema menulis kita. Setidaknya, itulah yang sampai sekarang saya rasakan jika menentukan tema menulis. Ada kelebihan dan kekurangan jika kita menulis berdasar mood.

"Menulis Berdasarkan Mood."

Kelebihannya, (silahkan buktikan sendiri) kita akan menulis dengan mudah. Pikiran kita akan mengalir tanpa henti tentang tema yang kita tulis berdasarkan perasaan yang mendominasi pada waktu bersamaan. Artinya, kita tidak akan, istilahnya, "matot" atau "stuck" atau mengidap "writer's block" karena kehabisan ide menulis. Kurang lebih begitulah jika kita menulis berdasar pada mood kita. Meski sesungguhnya, "writer's block" atau apalah namanya itu hanyalah mitos jika kita membiasakan diri untuk menulis. Yakinlah pada aliran imajinasi kita.

"Imajinasi tidak ada habisnya."

Kelebihan yang lain, menulis berdasar mood, cerita kita akan mengalir dan nikmat untuk dibaca. Perasaan kita akan masuk ke dalam cerita, itu karena atmosfer tentang perasaan perasaan yang menguasai kita. Misal saja, kita sedang begitu sedih. Karena kita sedang sedih, dan sedang merasakannya, penggambaran dalam tulisan kita akan sesuai dengan rasa sedih itu sendiri--tidak dibuat-buat. Arti lugasnya, pikiran kita tertuang dalam tulisan yang natural menggambarkan sebuah perasaan yang kita rasakan. Jika masih belum memahami apa yang saya maksudkan, silahkan lanjut membaca saja dulu.

"Kemudian, apa kekurangan menulis dengan tema berdasar mood?"

Pertama jelas, bahwa kita hanya menulis ketika mood-mood bagus menguasai. Misal saja, ketika marah, kita memang dipenuhi dengan amarah. Dan itu saat tepat untuk memasukkan rasa marah ke dalam tulisan kita yang bertema amarah amarah sejenisnya. Namun apakah saat marah, kita akan menulis?

Apakah saat marah, kita akan mengingat bahwa itu adalah saat yang tepat untuk menulis? Saya rasa akan banyak jawaban mengenai itu. Jika yang marah adalah orang dengan tipe pendiam atau jarang mengekspresikan emosinya, mungkin ada kesempatan dia menulis. Atau seorang yang kesehariannya dipenuhi dengan menulis (contoh: menulis diari). Namun jika seorang pemula seperti saya? Mengingat tentang menulis saja mungkin tidak. Benar kan?

Kekurangan yang saya sebutkan di atas sebenarnya bisa diatasi. Caranya? Mudah. Setelah amarah kita reda, cepat, langsunglah menulis. Saya yakin otak kita masih merekam, hati kita juga masih membekas, tentang perasaan yang dipenuhi amarah barusan. Artinya apa? Penggambaran amarah yang kuat masih bisa dilakukan dengan natural tepat setelah amarah kita menghilang.

"Jangan tunggu nanti, karena menulis adalah membangun kebiasaan."

Kekurangan lain dalam menulis berdasarkan mood. Jika hidup kita tidak diwarnai dengan banyak perasaan yang berbeda, mungkin tulisan kita hanya akan datar-datar saja. Dan saat itu, kita hanya bisa membayangkan dengan imajinasi kita. Kalau yang seperti ini, kita bisa atasi dengan bantuan dari pihak eksternal.

Kita bisa melihat ekspresi-ekspresi orang lain atau menonton film. Itu sudah cukup menurut saya. Atau membaca novel, berita, sejarah, dan sebagainya. Hal itu akan memberikan referensi lebih. Misal saja, kenapa ibu Malin kundang bisa marah dan mengutuk anaknya atau mengapa Presiden diberhentikan dan mahasiswa begitu marah, dan sebagainya.

Pada intinya, untuk penentuan tema yang tepat dengan cara yang paling mudah adalah menyamakannya dengan perasaan yang sedang menguasai kita. Misal kita sedang sangat rindu kampung (jangan baper, saya juga anak rantau), maka tema yang bisa dipilih diantaranya ada "keluarga, sahabat, romance" dan tema lain yang paling sesuai dengan perasaan kita saat itu. Bagaimana?

Lebih inti lagi,
"Percayalah pada diri sendiri. Tuliskan apa yang menggerakkan hati kita. Apa adanya. Maka perasaan yang tertuangpun masih murni apa adanya, tidak dibuat-buat."

Sudah cukup ya, saya rasa. Kalau terlalu banyak nanti malah jadi membosankan. Semoga bermanfaat dan jangan lupa share atau komentar di kolom bawah untuk bertanya atau diskusi. Dengan senang hati saya akan menjawabnya, jika sekiranya bisa.

Terimakasih telah mampir untuk membaca.
Salam hangat,
Admin KYD