Ketenteraman dan Ketakacuhan

Agustus 17, 2018
man sitting on wooden dock

Ketika hati telah nyaman, kadang perasaan jadi bebal. Banyak keadaan yang terlupakan, kadang malah sengaja diabaikan. Lalu akan berdalil dengan ketidakpedulian: ini semua demi ketenteraman.
Lalu... apakah orang lain ikut tenteram, sepertiku?
Aku teringat soal hak dan kewajiban. Bahkan negara mengaturnya. Yang punya hak diberi beban. Kemudian jika rasa tenteram adalah hak, sementara tenteram yang lain saling ganggu, apakah merupakan pelanggaran?
Entahlah. Pemuasan atas rasa tenteram itu sendiri hanyalah sebuah ketakacuhan. Bahwa bukan hanya aku yang mau menentramkan diri. Bukan hanya aku. Dan saat rasa satu dan yang lainnnya saling bertolak, hanya ada penghancuran ketenteraman atas keduanya. Sama sama tidak tenteram. Bahkan bisa menimbulkan dendam dan kebencian. Kupikir.
Ngomong ngomong, selamat ulang tahun negaraku, Indonesia. Semoga aku bisa membuatmu maju, meninggikan prestasimu di mata dunia, dan semakin sejahtera kehidupan rakyatmu. Semoga Tuhan Semesta Alam mengabulkan cita-cita sucimu. Kudoakan yang terbaik.

Semarang, 17 Agustus 2018
Yayan Deka