"Tidakkah Kau Ingat" adalah puisi yang menyentuh tema cinta yang tidak berbalas dan rasa sakit yang muncul dari ingatan akan janji-janji yang tidak ditepati. Ditulis oleh Yayan Deka pada 22 Juni 2017, puisi ini menggambarkan perjalanan emosional seorang individu yang merenungkan kenangan indah bersama orang yang dicintainya, hanya untuk menyadari bahwa cinta tersebut ternyata hanyalah pelampiasan belaka. Puisi ini telah diterbitkan dalam sebuah buku kumpulan puisi dan pernah diikutkan dalam event Parade Puisi, Fake Love.
Puisi: Tidakkah Kau Ingat
Sekarang kau balas kata yang sama
Aku diam tak mampu bersuara
Tidakkah kau ingat
Saat hatiku hancur dan berkarat
Dulu kau datang memberi semangat
Aku seketika berhasrat
Tidakkah kau ingat
Saat aku mengungkap rasa dan berjanji
Dulu kau juga ikut berjanji
Aku senyum tak henti-henti
Tidakkah kau ingat, lagi
Saat tiba-tiba hujan lebat di taman tempat kita bercanda
Dulu kau memelukku dan tertawa
Sekarang kau di depanku memeluk lain pria
Aku harus apa
Kau bilang janjimu selamanya
Kau bilang tak akan ada lainnya
Kau bilang aku pasti cinta sejati yang telah kau tunggu lama
Ternyata itu palsu semua
Aku hanya pelampiasan dari hatimu yang terluka
Tidakkah kau ingat saat-saat kita berdua
Sekarang kau hancurkan dalam satu kata
Masihkah kau manusia
Atau aku yang bodoh karena tetap mencinta
Gadis dengan hati milik lain pria
Apa cintaku hanya kepalsuan saja
Kamar Pengap, 22/6/2017
Analisis Puisi
Puisi ini mengungkapkan konflik emosional antara kenangan indah dan realitas pahit. Dalam bait pembuka, penulis menyampaikan kebingungan dan keputusasaan yang dirasakan ketika bertanya mengapa hubungan ini berakhir. Frasa "Tidakkah kau ingat" menjadi repetisi yang kuat, menunjukkan harapan untuk diingat dan dipahami, sementara ia berjuang dengan rasa sakit yang ditimbulkan oleh pengkhianatan.
Konteks Kenangan: Penulis menggambarkan momen-momen berharga yang pernah ada, seperti dukungan saat hati hancur dan saat hujan lebat di taman, menciptakan kontras yang menyentuh antara kebahagiaan masa lalu dan kesedihan masa kini.
Rasa Kecewa dan Penyesalan: Janji-janji cinta yang diungkapkan "Kau bilang janjimu selamanya" menegaskan betapa besarnya harapan yang dikhianati. Penulis merasa dikhianati dan diperlakukan sebagai pelampiasan, yang semakin menambah rasa sakit.
Pertanyaan Retoris: Di bagian akhir puisi, penulis mempertanyakan kemanusiaan orang yang dicintainya dan apakah cintanya hanya sebuah kebohongan. Ini menggambarkan kebingungan mendalam dan keputusasaan yang dirasakan.
Refleksi
"Tidakkah Kau Ingat" adalah pengingat tentang bagaimana cinta bisa menjadi sumber kebahagiaan sekaligus luka. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kekuatan kenangan dan bagaimana harapan bisa menjadi sumber kekecewaan. Dalam dunia yang sering kali penuh dengan janji-janji palsu, penulis bertanya-tanya apakah cinta sejati benar-benar ada atau hanya ilusi semata. Melalui puisi ini, Yayan Deka mengajak kita untuk memahami kompleksitas cinta dan kehilangan, serta menekankan pentingnya kejujuran dalam hubungan.