Puisi: Kehilanganmu
Kalaulah hari ini...Langit bersih membiru
Angin pelan, membelai mesra
Bungaan mekar di sekitar,
harum semerbak
Namun... tiadalah arti
mengecup kecil pipi,
dan pamer senyum simpul
Kau berucap pelan: Aku harus pergi
....
Kehilanganmu....
Mimpikah aku?
Saat seketika ingat pantai, memandang laut biru, angin semilir, dan sendiri. Mengigau? Siapa yang tau? Tidak juga denganku.
Deka Diwarsa
Analisis Puisi
Puisi "Kehilanganmu" menggambarkan kontras yang kuat antara keindahan alam dan rasa kehilangan yang mendalam. Dalam bait pertama, penulis menggambarkan suasana yang cerah dan menenangkan:
"Langit bersih membiru, angin pelan, membelai mesra": Gambaran ini menciptakan suasana damai dan harmonis. Keindahan alam menjadi latar yang menyentuh, namun ironisnya, tidak dapat menghapus rasa sakit akibat perpisahan.
Kontras dalam emosi: Saat penulis menyatakan "Namun... tiadalah arti," kita merasakan pergeseran dari keindahan menuju kesedihan. Momen-momen indah yang diingat bersama orang yang dicintai menjadi tidak berarti ketika mereka tidak lagi ada.
Kedekatan emosional: Ungkapan "Kau mencerap mataku, mengecup kecil pipi, dan pamer senyum simpul" menunjukkan kedekatan yang intim antara penulis dan orang yang dicintainya, menambah intensitas rasa kehilangan saat mereka harus berpisah.
Pertanyaan retoris: Frasa "Mimpikah aku?" menunjukkan keraguan dan kebingungan, menciptakan ketegangan emosional yang dalam. Ada rasa tidak percaya bahwa perpisahan tersebut benar-benar terjadi.
Pemandangan laut dan kesendirian: Di bagian akhir, penulis kembali merenungkan kenangan, teringat pada "pantai" dan "laut biru." Ini menciptakan gambaran visual yang kuat dan simbolisme, di mana laut bisa dianggap sebagai simbol ketenangan dan keterasingan yang menyertainya setelah kehilangan. Pertanyaan "Mengigau? Siapa yang tau?" menekankan ketidakpastian dan ambiguitas dalam perasaan yang dialami.
Refleksi
Puisi ini menggugah emosi dan menggambarkan betapa dalamnya pengaruh kehilangan terhadap seseorang. Momen-momen indah dalam hidup bisa menjadi terasa hampa tanpa kehadiran orang yang dicintai. Melalui puisi ini, Deka Diwarsa menyampaikan pesan yang universal: kehilangan bisa mengubah cara kita melihat dunia di sekitar kita, membuat keindahan yang ada tampak samar dan tanpa makna.
Dengan merangkai pengalaman emosional ini, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari kehilangan dan bagaimana hal itu mempengaruhi cara kita menjalani hidup.